Film dokumenter ada dan hadir dengan banyak tujuan, diantaranya adalah untuk menyebarkan informasi, pendidikan, bahkan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu (Effendy, 2009).
Serial film dokumenter gugahan Netflix dengan judul "Keep Sweet : Pray and Obey" ini terbagi menjadi empat bagian, dan mengisahkan tentang sosok kontroversial bernama Warren Jeffs yang merupakan pemimpin sekte poligami di Utah, Amerika Serikat dan dianggap sebagai pemuka agama di Fundamentalist Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints (FLDS). Â
Pada awalnya, segala ajaran di FLDS berlandaskan pada kitab Mormon. Orang mormon yang tergabung dalam Latter Day Saint Movement (LDS) atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai Gerakan Orang Suci Abad Belakang memiliki kepercayaan  "jika laki  - laki mempunyai istri lebih dari tiga, maka kedudukan mereka di Surga akan semakin tinggi."Â
Ajaran ini sudah ada sejak pemimpim pertama mereka bernama Joseph Smith , Jr. yang juga diklaim sebagai 'nabi'. Ketika aliran Mormon mulai meninggalkan praktik soal poligami, ayah dari Warren Jeffs yaitu Rulon Jeffs mulai mendirikan FLDS. Semasa hidupnya memimpin FLDS Rulon setidaknya mempunyai 75 istri dan ratusan anak.
FLDS ini dapat dikatakan menjadi kelompok religius yang menyimpang. Mengapa demikian? Karena kedua pemimpinnya yaitu Rulon Jeffs & Warren Jeffs sama - sama mengatakan bahwa dirinya adalah seorang 'nabi'. Saat masa kepimipinannya, Rulon mengatakan bahwa dirinya tidak akan bisa mati. Namun ternyata hal itu tidak sesuai dengan realita, karena Rulon akhirnya meninggal pada tahun 2002.
Sepeninggal ayahnya, Warren-lah yang menggantikan kepemimpinan Rulon. Ketika kita berharap bahwa penyimpangan di FLDS bisa hilang ketika berganti pemimpin, hal yang tidak kita bayangkan malah terjadi.Â
Warren juga akhirnya mengikuti jejak sang ayah dan memiliki istri sebanyak 78 orang dan juga melangsungkan pernikahan anak dibawah umur, paksaan poligami, bahkan sampai menikahi ibunya sendiri.Â
Dalam serialnya dikatakan bahwa dominasi Waren Jeffs di FLDS malah jauh lebih menyimpang dan lebih parah, pasalnya praktik poligami dan eksploitasi perempuan menjadi semakin kacau dan menarik lebih banyak korban perempuan, terlebih bagi mereka yang masih dibawah umur.Â
Tidak hanya menyetir kehidupan para perempuan disana, Warren juga menjadi satu - satunya orang yang diperbolehkan untuk menunjuk siapa yang harus menikah dan wanita seperti apa yang harus dinikahi, serta memilih laki - laki mana yang 'berhak' untuk mendapatkan istri banyak.
FLDS menganut gaya hidup konservatif, tidak ada teknologi seperti televisi atau internet dan mayoritas pengikutnya berpakaian layaknya mereka ada di zaman dahulu.Â
Sekte yang dipimpin oleh Warren ini memang berkembang dengan sangat cepat dengan doktrin agama yang kuat, hal ini tidak lain karena adanya paham jika memiliki anak yang banyak maka posisi mereka di surga akan lebih tinggi.Â
Kuatnya doktrin yang dimiliki oleh Warren Jeffs bahkan membuat para pengikutnya teralienisasi dari lingkungan luar. Para pengikut FLDS ini bahkan tidak mengetahui siapa Presiden dan Gubernur mereka, karena yang mereka tahu hanya Warren Jeffs yang memimpin segalanya.
Kelompok FLDS yang berbasis di Utah, Amerika Serikat ini memiliki aturan dimana jika ada yang melanggar peraturan dari Warren Jeffs akan diusir dari FLDS.Â
Banyak anak laki -- laki remaja yang diusir karena melanggar peraturan dengan menonton tv atau hal -- hal lain yang dianggap tidak disukai oleh Tuhan seperti mendengarkan musik. Hal ini yang akhirnya menyebabkan lebih banyak anak perempuan dibandingkan laki -- laki karena anak perempuan yang tergabung di FLDS dikatakan jauh lebih patuh.Â
Adanya aturan khusus yang juga akhirnya menjadi alasan mengapa praktik poligami masih tetap bertahan di FLDS. Sejak kecil, para anak -- anak akan dididik untuk melakukan poligami. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan kelas keluarga yang dipimpin oleh Warren Jeffs sendiri atau orang yang ditunjuk  untuk menjelaskan dan mendoktrin soal paham poligami yang dianut oleh FLDS.
Dalam praktiknya, FLDS secara jelas melakukan eksploitasi tidak hanya pada perempuan namun pada anak -- anak juga. Para perempuan ini diharuskan untuk melakukan pernikahan paksa, melahirkan banyak anak dan menerima untuk dipoligami atas dasar 'Perintah dari Tuhan".
Memasuki episode ke tiga dan empat, disiarkan dengan jelas bagaimana mengerikannya perlakuan Warren Jeffs kepada para perempuan baik yang sudah dewasa maupun yang masih dibawah umur. Episode ini memberi gambaran bagaimana praktik -- praktik eksploitasi dan pelecehan terhadap perempuan yang tergabung dalam FLDS.Â
Warren Jeffs tanpa rasa bersalah akan melakukan tindakan pelecehan dan kekerasan secara seksual kepada anak -- anak dengan usia 12 -- 14 tahun di tempat ibadah yang ia bangun sendiri. Tindakan kekerasan dan pelecehan seksual akan disebut oleh Warren Jeffs sebagai 'heavenly sessions' atau dapat disebut juga sebagai 'ritual suci' yang mana hal ini merupakan bagian dari ajaran dan perintah Tuhan.
Hal lain yang dilakukan oleh Warren Jeffs dengan kedok 'ajaran Tuhan' adalah bagaimana Warren Jeffs akan memutarkan sebuah rekaman audio maupun video milik dirinya sendiri sebagai cara untuk mengajarkan para istrinya, terlebih mereka yang masih dibawah umur untuk memuaskannya secara seksual. Tindakan ini disebut oleh Warren Jeffs sebagai 'heavenly training'.
Salah satu perlawanan yang ditunjukkan dalam film dokumenter ini adalah dari kisah milik Rebecca. Rebecca yang merupakan mantan istri dari ayah Warren, yaitu Rulon Jeffs sudah sejak lama ingin keluar dari kelompok FLDS.Â
Keinginannya itu sempat ia tunda karena susahnya mencari dukungan dan bantuan dari luar, hal ini disebabkan karena sejak dulu Rebecca tidak pernah tahu tentang kehidupan dunia luar. Rebecca sempat merasa tidak berdaya ketika berhasil keluar dari kelompok FLDS.Â
Mengapa demikian? Rebecca beranggapan dengan minimnya informasi dan pengetahuan tentang dunia luar tidak akan mampu membawanya kemana -- mana. Â Rebecca hanya satu dari banyak perempuan FLDS yang berani untuk keluar. Maka dari itu, tindakan yang dilakukan oleh Rebecca ini menjadi sebuah pencapaian yang berani dan luar biasa.
Akhir kata, menurut penulis film dokumenter menjadi sebuah dokumenter kriminal yang sukses memberikan informasi baru bagi khalayak umum, bahwa masih ada sekte -- sekte diluar sana yang mengajarkan ajaran menyimpang dari agama -- agama yang ada di dunia.
* "Keep Sweet: Pray and Obey" adalah serial dokumenter terbatas milik Netflix yang tayang sejak Juni 2022.
EFFENDY, H (2009). Mari membuat film panduan menjadi produser. Jakarta: Erlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H