'setelah pertemuan itu
aku menjadi gamang
kerapkali
terpekur sendiri
terbalut kehampaan
diamku beriak-riak
serupa tanya-tanya tak terjawabkan
aku mengerti sakitmu
kawan,
ibu pertiwimu telah menjelaskan
imanmu yang dilunturkan oleh kelaparan
do'amu yang tak terpanjat oleh kecapan ucap
sebab,
dahagamu mendera raga, melumpuhkan sukma
'setelah pertemuan itu
aku jadi resah
digelisahkan oleh kebingungan
mencari ujung dari benang kusut
mengurai mimpi yang carut-carut
mendandani hati lisut kisut mengkerut
sebuah dilema indah
hanya berbicara
semakin tak berguna
sebab,
hanya akan menambah rasa lapar dan dahaga
tubuh ini belum bisa dikembalikan
karena itulah butuh perawatan
aku mengerti perihmu
kawan,
anak-anak bangsamu telah menceritakan
batinmu yang tertekan beban
membuat hidupmu terkuburkan
'setelah pertemuan itu
aku menjadi gila
sebab,
tersesat oleh benturan berbagai macam pikiran
mencari obat dari akar sebuah penyakit besar
inti dari ruh masalah dunia
sementara diri hanyalah setitik debu
yang larut diterbangkan waktu
'segalanya menjadi keruh,
karena kagetku
setelah pertemuan rahasia itu
(Banyuwangi, Jum'at 24 Oktober 2008. 1001 Puisi Nadya Nadine).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H