di telaga-Mu yang bening
kudayung perahu rapat ke sisi
tapi,
mengapa tubuhku tak pernah ke tepi?
meski demikian,
suara angin di tengah telaga ini telah menolong
membaringkan keletihan dari kembara yang panjang
untuk dilanjutkan esok pagi
jika matahati-Mu masih bisa menyinari
di telaga-Mu yang bening
kudayung perahu rapat ke tepi
biarkan aku bersenandung
agar perahuku tak tergoyah
oleh ombak dalam diri yang bergulung
dalam perjalanan
aku mengenang-Mu penuh kerinduan
                  ***
(Denpasar-Bali, Minggu 14 Desember 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H