Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hanida

22 November 2019   06:15 Diperbarui: 22 November 2019   07:27 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang harus kulakukan adalah meningkatkan self esteem-nya. Begitu guman tuan Rudolfo setiap kali perempuan muda itu beringsut dari sesi konselingnya.

"Tidak kamu tidak salah. Jika memang kamu sudah tidak sanggup lagi dengan peranmu sebagai ibu kamu tidak harus memaksa kuat" betapa sejuknya kalimatmu, tuan Rudolfo. Alangkah indahnya itu di telinganya, di sanubarinya. Meskipun banyak tetangga ibu muda itu menyebutkan bahwa keempat anak yang dimaksudkannya tak lain adalah keempat ekor kucing peliharaannya yang sebulan lalu diadopsi tetangga kaya persis depan rumahnya.

                                     ***

Tetapi sayangku, tahukah kau kisah lainnya. Ada seorang Ira. Seorang guru musik yang kharismatik yang sanggup menangisi kemalangan-kemalangan apapun yang ada di dunia, bahkan yang hanya ada di dalam kisah. Ia yang mudah iba dan trenyuh oleh kepedihan-kepedihan hidupnya maupun hidup sesiapa saja yang terekam dalam ingatannya. Ira adalah sesosok lembut yang mungkin menjadi lemah di sisi lain, namun bisa tegas bahkan keras-retas di lain situasi dan kondisi.

Harus seperti apa dunia membebaskanmu dari rasa sepi Ira? Kesendirian di usia 40 tahun memang lebih dari merisaukan. Engkau harus rajin menyiapkan jawaban komplit beserta senyuman palsu nan busuk memuakkan untuk pertanyaan yang itu-itu saja :

"kapan menikah Ira, usiamu tidak terus muda?" Oh! Hmmm... "Sudah nemu belum jodohmu Ira, jangan pilih-pilih tebu nanti dapat hanya bongkolnya bahkan tak dapat-dapat akhirnya?" Hiks... "Wah sudah tak sabar ini pengen ada keponakan dari kamu Ira" dan bla bla bla yang membuatmu ingin menenggelamkan diri di dasar bumi selama-lamanya, atau menembaki semua kepala para penanya itu agar mereka semua berhenti bertanya.

Duhai Ira yang punya senyum manis engkau adalah kutub-kutub yang meruncing. Rambutmu yang kerap kau gelung rapih dengan wajah tipe serius nan manis. Ketika kepedihan melanda, engkau hanyut oleh gelombang tangis ke samudera airmata. Kaki-kakimu akan lumpuh tak mampu bangkit. Tubuhmu akan tergerus habis oleh tangis. Kesedihan merendammu tanak di panci duka. Kau matang oleh nestapa. Murid-muridmu sering memergokimu mengusap airmata, begitu kau mengenang dirimu sendiri.

Tetapi, kau pun harus ingat Ira. Manakala terbang oleh angin keriangan. Terdampar pada pulau kegembiraan. Meretas bahagia tak terperikan. Tawamu tak ada habisnya. Seolah dunia hanyalah surga, berisi keindahan semata. Seakan hidup adalah hanya kebahgian yang tak pernah sudah. Matamu berbinar, sorotnya berpijar. Maka engkaulah matahari dan segala bintang. Wajahmu adalah eloknya purnama pada rembulan. Pesonamu adalah bunga terelok di taman. Engkau laksana jiwa yang tak pernah mati. Dan murid-muridmu akan kerap menjumpaimu berseri-seri.

Ira, adalah bumi yang terbelah menjadi 2 bergantian. Atau dua sisi mata koin berlawanan di waktu yang berulangan.

                                    ***

Berita pagi ini di koran, Hanida. Seorang perempuan paruh baya mati ditusuk-tusuk. Lihatlah Hanida, seringkali betapa mengerikan kenyataan di sekitar. Orang bisa saja berniat membantu, tetapi bukan tidak mungkin ia justru terbunuh. Orang bisa saja hendak menolong, tetapi di detik yang sama justru nyawanya yang tidak tertolong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun