Selain itu ada beberapa pola pemikiran dari Socrates, Plato, Aristoteles, dan Rene Descartes mengenai berfilsafat yakni sebagai berikut:
- Menurut pola pemikiran Socrates (470-399 SM), tujuan berfilsafat untuk mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Baginya, filsafat bukan isi, bukan hasil, dan juga bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup karena dia seorang pemikir. Teori Socrates dalam bentuk fisika (membahas benda-benda indrawi), matematika, dan metafisika (sesuatu yang melampaui fisik atau dibalik fisik)/teologi/filsafat.
- Menurut pola pemikiran Plato (427-347), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat. Ide adalah sumber dari segalanya. Karena semua orang memiliki ide dalam pikirannya, hidup dengan ide, dan dalam eksteriorisasi ide ada beberapa manusia yang harus dipancing dulu idenya. Dengan kontemplasi ide, hidup akan baik. Proses mengetahui adalah proses untuk bertolak dari bayang-bayang untuk melihat kebenarannya.
- Menurut pola pemikiran Aristoteles (384-322), ide bukanlah segalanya namun di dalam usaha berfikir, ada kesungguhan potensi, bukan dari ide. Karena sesuatu benar-benar ada atas dasar kesungguhan dan kemungkinan. Metode Aristoteles adalah metode abstraksi yaitu dengan pengetahuan indra, pengetahuan budi, akal budi hanya satu yang bersifat umum dengan hal yang konkret, ide ada dalam realitas konkret, dan menerima segala keanekaragaman dan ide sebagai kebenaran.
- Menurut pola pemikiran Rene Descartes, satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah  keberadaan seseorang sendiri yang sesuai dengan ungkapannya yaitu Cogito Ergo Sum (Aku berpikir maka aku ada).
Filsafat digunakan untuk mencari asas (esensi realitas), memburu kebenaran, dan mencari kejelasan dengan berpikir rasional (logis, sistematis, kritis), dan berpikir radikal (menemukan akar seluruh kenyataan). Sebuah kebenaran tidak mutlak karena dapat berubah dari waktu ke waktu dikarenakan kebenaran adalah relative. Dalam berfilsafat, semua hal dapat dipertanyakan sampai ke akar-akarnya. Dengan berfilsafat, maka akan muncul cara orang untuk berpikir (aliran berpikir).
Peran filsafat dibagi menjadi tiga macam. Peran pertama sebagai pendobrak. Maksud dari peran pendobrak ini adalah berfilsafat itu wajib dilakukan untuk menyadarkan manusia agar tidak terlalu percaya pada hal-hal mitos atau mistis. Â Peran kedua sebagai pembebas yang mana maksudnya adalah untuk membebaskan diri dari setiap individu karena berpikir dapat membebaskan seorang individu. Peran terakhir adalah pembimbing yang mana maksudnya untuk membimbing manusia agar mempercayai hal-hal yang benar dan nyata.
Filsafat memiliki ciri-ciri tertentu agar dikatakan filsafat. Namun, ada tiga ciri utama yaitu universal (common experience of mankind atau pemikiran yang luas dan tak sebatas aspek tertentu saja), radikal (pemikiran yang mendalam sampai essensial dan fundamental), dan sistematik (mengikuti pola dan metode pikir logis dan runtut yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya). Selain itu ada beberapa ciri lainnya yaitu, konseptual, konsisten, bebas dari prasangka (social, historis, kultural, religious), bertanggungjawab (hati nurani, etika, moral), koheren (berpikir logis), dan komprehensif.
Filsafat memiliki beberapa cabang. Menurut Harry Hamersma cabang filsafat dibagi menjadi empat cabang antara lain filsafat tentang pengetahuan (epistemology, logika, kritik ilmu), filsafat tentang kenyataan menyeluruh (ontology/metafisika umum, metafisika khusus (yang terdiri dari teologi metafisika, anthropologi, dan kosmologi)), filsafat tentang tindakan (etika dan estetika), dan sejarah filsafat. Selain itu ada beberapa cabang khusus menurut Harry Hamersma yaitu filsafat seni, filsafat kebudayaan, filsafat pendidikan, filsafat sejarah, filsafat bahasa, filsafat hukum, filsafat agama, filsafat social, dan filsafat politik. Menurut The Liang Gie cabang filsafat dibagi menjadi tujuh cabang antara lain metafisika, epistemology, methodology, logika, etika, estetika, dan sejarah filsafat.
Filsafat Kontemporer
Berawal dari setelah periode abad-19 sampai sekarang. Ditandai dengan adanya diferensiasi disiplin ilmu, pendidikan filsafat dan radikalisasi kritik rasionalitas pada segala bidang. Proses radikalisasi kritik akal budi bergerak dari persoalan ketidaksadaran menuju eksistensi manusia dan bahasa hingga masyarakat dan ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi karena didorong oleh sejumlah bencana kemanusiaan. Munculnya radikal baru yang lebih spesifik, yakni filsafat manusia, filsafat sosial, filsafat nilai, filsafat analitik, filsafat eksistensialisme, strukturalisme, kritil sosial, dan sebagainya.
Filsafat Sebagai Induk IP (Mater Scientiarum)
Untuk mendapatkan kebenaran, maka harus ada cara yang digunakan yaitu dengan ilmu. Filsafat sering disebut sebagai mother of science (induk ilmu pengetahuan) yang dapat menjadi pembuka dan ilmu pamungkas keilmuan lain yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Pengetahuan-pengetahuan lain yang bukan filsafat adalah penjabaran dari pengetahuan inti (filsafat). Karena filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen.
Epistemologi
Berasal dari bahasa Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti diskursus / pengetahuan sistematik. Epistemologi berarti pengetahuan sistematik tentang pengetahuan. Epistemologi adalah salah satu cabang dari filsafat yang berkaitan dengan teori pengetahuan. Epistemologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas keyakinan.