Mohon tunggu...
Nadya Putri Liani Musarofah
Nadya Putri Liani Musarofah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

Halo, Saya tertarik terhadap hal-hal mengenai politik, pemerintahan, kesenian, fashion, dan serba-serbi dunia internasional.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Hubungan Ekonomi Politik Internasional Australia-Tiongkok Pasca Pembatasan dan Pelarangan Impor Batu Bara Australia di Tiongkok?

9 Maret 2023   23:30 Diperbarui: 9 Maret 2023   23:44 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TEORI MERKANTILISME : BAGAIMANA HUBUNGAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL AUSTRALIA-TIONGKOK PASCA PEMBATASAN DAN PELARANGAN IMPOR BATU BARA AUSTRALIA DI TIONGKOK?

(MERCANTILISM THEORY: HOW IS THE AUSTRALIAN-CHINA INTERNATIONAL POLITICAL ECONOMIC RELATIONSHIP POST RESTRICTIONS AND BAN ON AUSTRALIAN COAL IMPORTS IN CHINA?)

Nadya Putri Liani Musarofah-210910101130 (Mahasiswa), Adhitya Wardhono (Dosen Pengampu Mata Kuliah)

Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember        

Jln Kalimantan 37, Jember 68121

E-mail : nadyaputrilianimusarofah@gmail.com

Abstrak

Hubungan bilateral antara Tiongkok dan Australia dalam Ekonomi Politik Internasional menjadi memburuk sejak tahun 2017 dimana terjadi beberapa permasalahan seperti kasus Australia yang mengganggap Tiongkok berusaha mencampuri urusan dalam negeri Australia; Australia melarang pemasokan peralatan broadband jaringan 5G milik perusahaan Huawei Technologies karena diduga terjadinya pembocoran informasi; dan munculnya kebijakan mengenai pembatasan dan pelarangan impor batu bara dari Australia di Tiongkok pada tahun 2019. 

Penulis menggunakan teori merkantilisme dalam menganalisis bagaimana hubungan Ekonomi Politik Internasional antara Australia dan Tiongkok pasca munculnya kebijakan pembatasan dan pelarangan impor batu bara dari Australia di Tiongkok, karena masih relevan. Kekuatan produksi, konsep zero sum-game, dan konsep proteksionisme merupakan beberapa hal yang menjadi patokan dalam analisis permasalan ini menggunakan teori merkantilisme.

Kata Kunci          : Batu Bara, Australia, Impor, Ekspor, Tiongkok.

Abstract

                Bilateral relations between China and Australia in the International Political Economy have worsened since 2017 where several problems occurred such as the case of Australia which considered China to be trying to interfere in Australia's internal affairs; Australia bans supply of Huawei Technologies company Huawei Technologies' 5G network broadband equipment over alleged leaks; and the emergence of policies regarding restrictions and prohibitions on coal imports from Australia in China in 2019.

The author uses the theory of mercantilism in analyzing how the International Political Economy relations between Australia and China are after the emergence of policies of restrictions and prohibitions on coal imports from Australia in China, because it is still relevant . Production power, the concept of zero sum-game, and the concept of protectionism are some of the things that become the benchmarks in analyzing this problem using the theory of mercantilism.

Keyword                : Coal, Australia, Import, Export, China.

BAB I 

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Batu bara merupakan salah satu bahan bakar organik yang berbentuk padat yang terbentuk dari berbagai macam tumbuhan yang membusuk di waktu yang sangat lama dengan temperatur dan tekanan tertentu[1]. Batu bara juga merupakan salah satu energi terpenting di dunia karena dapat digunakan sebagai bahan bakar produksi, pembangkit listrik, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, banyak negara di dunia internasional ini yang membutuhkan batu bara untuk kepentingan masing-masing dengan meng-impor maupun meng-ekspornya. Salah satu negara yang melakukan impor dan juga ekspor batu bara adalah Australia (pengekspor) dan Tiongkok (pengimpor).

Tahun 2017 merupakan tahun terjadinya permasalahan ekonomi politik internasional antara Australia dan Tiongkok. Beberapa permasalahan tersebut seperti kasus penuduhan Canberra, dimana Australia mengganggap bahwa Tiongkok berusaha untuk mencampuri urusan dalam negeri Australia; dan juga Australia melarang pemasokan peralatan broadband jaringan 5G milik perusahaan Huawei Technologies karena diduga terjadinya pembocoran informasi. 

Hal ini merupakan salah satu pemicu dari munculnya kebijakan mengenai pembatasan dan pelarangan impor batu bara dari Australia di Tiongkok pada tahun 2019. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat apabila hubungan antara kedua belah negara yaitu Australia dan Tiongkok menjadi tidak baik. Oleh sebab itu, penulis mencoba menganalisis bagaimana keadaan atau kondisi hubungan bilateral antara Australia dengan Tiongkok dengan pandangan dari teori merkantilisme dalam bidang Ekonomi Politik Internasional.

 

1.2 RUMUSAN MASALAH

 

1. Mengapa Tiongkok membuat kebijakan pembatasan dan pelarangan impor batu bara Australia di Tiongkok?

2. Bagaimana pandangan teori merkantilisme terhadap hubungan Ekonomi Politik Internasional Australia-Tiongkok pasca adanya kebijakan pembatasan dan pelarangan impor batu bara Australia di Tiongkok?

 

1.3 TUJUAN

 

1. Untuk mengetahui alasan Tiongkok membuat kebijakan pembatasan dan pelarangan impor batu bara Australia di Tiongkok

2. Untuk mengetahui dan mengkaji tentang pandangan teori merkantilisme terhadap hubungan Ekonomi Politik Internasional Australia-Tiongkok pasca adanya kebijakan pembatasan dan pelarangan impor batu bara Australia di Tiongkok.

 

BAB II

 

BAGIAN INTI

 

2.1 METODE PENELITIAN

 

        Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu studi pusaka. Dengan studi pustaka ini, maka informasi dan data yang diperoleh didapat dari berbagai jurnal, catatan, dan studi terdahulu yang bersifat valid.

 

2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN

 

2.2.1 Alasan Tiongkok Membuat Kebijakan Pembatasan dan Pelarangan Impor Batu Bara Australia di Tiongkok

 Tiongkok membuat kebijakan pembatasan dan pelarangan impor batu bara Australia di Tiongkok karena Tiongkok berusaha untuk mendukung harga domestik batu bara. Pada saat itu, harga batu bara kokas di pelabuhan Jingtang, Tiongkok Utara lebih murah. Dimana harganya sekitar $29,85/ton atau sekitar 200 yuan lebih murah daripada harga batu bara kokas domestik. Batu bara kokas ini juga berasal dari Australia. Sedangkan untuk harga batu bara termal memiliki perbedaan harga yang hampir sama dengan harga batu bara kokas.

Permasalahan ini tidak dapat diselesaikan secara cepat dan menjadi terhambat dikarenakan pihak dari Australia tidak dapat berbicara secara langsung kepada pihak Tiongkok[2].

 

2.2.2 Pandangan Teori Merkantilisme Terhadap Hubungan Ekonomi Politik Internasional Australia-Tiongkok Pasca Adanya Kebijakan Pembatasan dan Pelarangan Impor Batu Bara Australia di Tiongkok

 

Teori merkantilisme merupakan teori dari Ekonomi Politik Internasional yang berkaitan erat dengan pembentukan suatu negara yang modern dan juga berdaulat. Teori merkantilisme juga dapat disebut sebagai pandangan dunia mengenai terjadinya pembangunan negara modern atas elite politik yang berlandaskan ketundukan dan kepatuhan aktivitas ekonomi terhadap tujuan nasional. Atas hal ini, ekonomi juga dapat disebut sebagai alat politik yang digerakkan oleh kekuasaan politik[3], serta dapat disebut juga dengan kepentingan politik lebih penting dan utama daripada kepentingan perekonomian.

 Menurut kaum merkantilisme, cara terbaik dalam mencapai dan mendapatkan kekuatan nasional yakni suatu industrialisasi yang ada dijadikan sebagai kebutuhan negara, kemudian dikejar dan didorong agar dapat bersaing dengan negara adikuasa[4]. Berdasarkan hal tersebut, kaum merkantilisme juga menyatakan apabila kekuatan dari produksi menjadi lebih utama dan lebih penting daripada membeli hasil produksi. Negara yang dapat mengembangkan kekuatan produksi miliknya, maka negara tersebut akan meraih kesejahteraan.

 Pada kasus yang dialami oleh Australia dan Tiongkok dalam hal munculnya kebijakan pembatasan dan pelarangan impor batu bara Australia di Tiongkok, apabila dipandang dari teori merkantilisme, kedua negara sama-sama berupaya untuk mengembangkan kekuatan produksinya dengan berusaha untuk mengekspor produk nasional. Seperti halnya Australia yang berusaha untuk mengekspor energi, jasa pangan, dan produk olahan. Sedangkan Tiongkok, berusaha untuk mengekspor mesin, peralatan angkut, peralatan medis, besi, tekstil, dan baja yang keseluruhan produk tersebut merupakan produk unggulan dari Tiongkok.

 Permasalahan diantara kedua negara ini diatasi oleh masing-masing negara dengan konsep proteksionisme yakni membuat kebijakan masing-masing yang berguna sebagai alat untuk menjaga agar kerugian dapat diminimalisir, dan juga masih dapat memperoleh keuntungan. Alat-alat yang dimaksud berupa tarif, subsidi, kuota impor, dan standar produk. Dalam pandangan teori merkantilisme, ketergantungan perekonomian terhadap negara lainnya harus dihindari. Hal ini bertujuan apabila terjadi perpecahan dalam hubungan perekonomian antar negara, maka keamanan negara masih dapat dijadikan sebagai prioritas.

 Menurut pendapat penulis yang didasarkan pada pandangan dalam teori merkantilisme ini, Tiongkok dan Australia merupakan aktor (negara), politik sebagai penentu, kekuatan negara menjadi tujuan dari perekonomiannya, serta hubungan bilateral antara Australia dan Tiongkok merupakan hubungan bilateral yang bersifat konfliktual dan zero sum-game setelah munculnya kebijakan pembatasan dan pelarangan impor batu bara Australia di Tiongkok.

Berdasarkan konsep zero sum-game dari teori merkantilisme, Australia dapat dijadikan sebagai negara yang diuntungkan, sedangkan Tiongkok dirugikan. Adanya kebijakan pembatasan dan larangan impor batu bara Australia di Tiongkok menyebabkan Australia mengubah haluan ekspor dan strateginya dalam ekspor batu bara yakni di India. Selain itu, pada saat ini juga, Australia telah mengerti arus politik milik Tiongkok. Karena kebijakan larangan dan batasan impor batu bara Australia dari Tiongkok juga, dolar Australia mengalami penurunan sebanyak 1%.

 

BAB III

 

PENUTUP

 

Hubungan bilateral antara Australia dan Tiongkok menjadi buruk semenjak terjadi beberapa kasus diantara kedua negara tersebut seperti kasus dimana Australia mengganggap Tiongkok berusaha untuk mencampuri urusan dalam negeri Australia; dan Australia melarang pemasokan peralatan broadband jaringan 5G milik perusahaan Huawei Technologies karena diduga terjadinya pembocoran informasi; dan munculnya kebijakan mengenai pembatasan dan pelarangan impor batu bara dari Australia di Tiongkok pada tahun 2019.

 

Berdasarkan pandangan dari teori merkantilisme, hubungan bilateral dalam Ekonomi Politik Internasional antara Australia dan Tiongkok ini dapat dilihat dari kekuatan produksi, konsep zero sum-game, dan konsep proteksionisme.

 

Penulis berharap artikel ilmiah ini dapat dijadikan sebagai referensi terhadap penelitian selanjutnya dan ilmu pengetahuan baru bagi pembaca.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

[1]           Rianto, F. (2022). HUBUNGAN EKONOMI AUSTRALIA DENGAN TIONGKOK SETELAH ADANYA PELARANGAN DAN PEMBATASAN IMPOR BATU BARA AUSTRALIA DI TIONGKOK PADA TAHUN 2019 HINGGA 2021. Skripsi.

[1] PT. Bukit Asam. 2014.

[2] Henderson, Anna. Dkk. 2020.

[3] Jackson, Robert dan Sorenson, Georg. 2014.

[4] Jackson, Robert dan Sorenson, Georg. 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun