Â
2.2.2 Pandangan Teori Merkantilisme Terhadap Hubungan Ekonomi Politik Internasional Australia-Tiongkok Pasca Adanya Kebijakan Pembatasan dan Pelarangan Impor Batu Bara Australia di Tiongkok
Â
Teori merkantilisme merupakan teori dari Ekonomi Politik Internasional yang berkaitan erat dengan pembentukan suatu negara yang modern dan juga berdaulat. Teori merkantilisme juga dapat disebut sebagai pandangan dunia mengenai terjadinya pembangunan negara modern atas elite politik yang berlandaskan ketundukan dan kepatuhan aktivitas ekonomi terhadap tujuan nasional. Atas hal ini, ekonomi juga dapat disebut sebagai alat politik yang digerakkan oleh kekuasaan politik[3], serta dapat disebut juga dengan kepentingan politik lebih penting dan utama daripada kepentingan perekonomian.
 Menurut kaum merkantilisme, cara terbaik dalam mencapai dan mendapatkan kekuatan nasional yakni suatu industrialisasi yang ada dijadikan sebagai kebutuhan negara, kemudian dikejar dan didorong agar dapat bersaing dengan negara adikuasa[4]. Berdasarkan hal tersebut, kaum merkantilisme juga menyatakan apabila kekuatan dari produksi menjadi lebih utama dan lebih penting daripada membeli hasil produksi. Negara yang dapat mengembangkan kekuatan produksi miliknya, maka negara tersebut akan meraih kesejahteraan.
 Pada kasus yang dialami oleh Australia dan Tiongkok dalam hal munculnya kebijakan pembatasan dan pelarangan impor batu bara Australia di Tiongkok, apabila dipandang dari teori merkantilisme, kedua negara sama-sama berupaya untuk mengembangkan kekuatan produksinya dengan berusaha untuk mengekspor produk nasional. Seperti halnya Australia yang berusaha untuk mengekspor energi, jasa pangan, dan produk olahan. Sedangkan Tiongkok, berusaha untuk mengekspor mesin, peralatan angkut, peralatan medis, besi, tekstil, dan baja yang keseluruhan produk tersebut merupakan produk unggulan dari Tiongkok.
 Permasalahan diantara kedua negara ini diatasi oleh masing-masing negara dengan konsep proteksionisme yakni membuat kebijakan masing-masing yang berguna sebagai alat untuk menjaga agar kerugian dapat diminimalisir, dan juga masih dapat memperoleh keuntungan. Alat-alat yang dimaksud berupa tarif, subsidi, kuota impor, dan standar produk. Dalam pandangan teori merkantilisme, ketergantungan perekonomian terhadap negara lainnya harus dihindari. Hal ini bertujuan apabila terjadi perpecahan dalam hubungan perekonomian antar negara, maka keamanan negara masih dapat dijadikan sebagai prioritas.
 Menurut pendapat penulis yang didasarkan pada pandangan dalam teori merkantilisme ini, Tiongkok dan Australia merupakan aktor (negara), politik sebagai penentu, kekuatan negara menjadi tujuan dari perekonomiannya, serta hubungan bilateral antara Australia dan Tiongkok merupakan hubungan bilateral yang bersifat konfliktual dan zero sum-game setelah munculnya kebijakan pembatasan dan pelarangan impor batu bara Australia di Tiongkok.
Berdasarkan konsep zero sum-game dari teori merkantilisme, Australia dapat dijadikan sebagai negara yang diuntungkan, sedangkan Tiongkok dirugikan. Adanya kebijakan pembatasan dan larangan impor batu bara Australia di Tiongkok menyebabkan Australia mengubah haluan ekspor dan strateginya dalam ekspor batu bara yakni di India. Selain itu, pada saat ini juga, Australia telah mengerti arus politik milik Tiongkok. Karena kebijakan larangan dan batasan impor batu bara Australia dari Tiongkok juga, dolar Australia mengalami penurunan sebanyak 1%.
Â
BAB III