2.2.2 Implementasi Penggunaan Teknologi Pada Sub Disiplin Ilmu Ekonomi Politik Internasional di Zaman Sekarang
    Ketergantungan atau dependency dan terjadinya hubungan yang tidak setara merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur Ekonomi Politik Internasional pada dinamika relasi antara negara-negara Selatan dengan negara-negara Utara. Pada politik ekonomi global, apabila ditinjau dari struktur kekuasaanya, negara-negara Utara kerap kali menjadi pemimpin. Sedangkan negara-negara Selatan hanya dijadikan sebagai wilayah pinggiran. Oleh sebab itu, adanya digital platform dapat digunakan sebagai salah satu langkah maupun strategi yang dapat dirumuskan oleh negara-negara Selatan dalam tata ekonomi dunia di zaman sekarang ini.
     Berikut ini terdapat beberapa fenomena terkini mengenai pengimplementasian digital platform dalam Ekonomi Politik Internasional ;
- Terjadinya persaingan industri teknologi finasial atau yang biasa disebut Fintech yakni antara aktor dari The Global South yaitu China (BAT[Baidu, Alibaba, Tencent]) dengan aktor dari The Global North yaitu GAFA (Google[Alphabet], Apple, Facebook, Amazon). Melalui digital platform, metode pembayaran digital yang ditawarkan oleh para aktor GAFA terhadap para pengguna aplikasi yakni seperti Amazon Pay, Apple Pay, Google Pay, dan Facebook yang menggunakan Facebook Messenger. Sedangkan metode pembayaran digital yang ditawarkan oleh para aktor dari The Global South seperti Alibaba yang tepat pada tahun 2014 mengkonsolidasi Ant Financial (Anak perusahaan Alibaba) dengan Alipay, dan Tencent menggunakan Wechat Messaging. Dengan demikian, menurut data dari Global Fintech Adoption Index tahun 2019, China memperoleh transaksi pembayaran mobile 11 kali lipat lebih besar daripada transaksi pembayaran mobile di Amerika Serikat[1].
- Terjadinya persaingan industri transportasi digital platform atau yang biasa disebut dengan Uberisation. Perusahaan pertama Uberisation ini muncul pada tahun 2015 yaitu perusahaan Uber dari Amerika Serikat. Industri transportasi konvensional berhasil didisrupsi oleh perusahaan Uber tersebut. Akan tetapi, dalam perkembangannya, perusahaan Uber mengalami banyak persaingan dari para aktor The Global South. Perusahaan Uber tersebut kalah saing di China pada tahun 2016 sehingga menyebabkan perusahaan Uber tersebut keluar dari China dan menjual cabang usahanya kepada Didi Chuxing (pemain lokal China). Tak hanya itu, perusahaan Uber juga kalah saing di pasar Asia Tenggara pada tahun 2018 sehingga menyebabkan dijualnya cabang usahanya kepada Grab. Selain kalah saing, perusahaan Uber juga mengalami persaingan yang sengit dengan Kakao Taxi (Pemain lokal Korea Selatan), dan juga Ola (Pemain lokal India).
- Lahirnya konsep socio-cultural system yang dapat dijadikan sebagai suatu perspektif alternatif dengan penekanan pada budaya dan tradisi yang berasal dari para aktor The Global South. Sedangkan pada negara-negara Utara, terdapat konsep socio-technical system yang mengedepankan peran sentral dari teknologi digital. Konsep socio-cultural system dari negara-negara Selatan ini, apabila digunakan untuk melihat para pekerja sektor gig economy yang berupaya untuk melakukan resistensi seperti para pekerja Uber di Inggris dan Amerika Serikat tahun 2019-2020 yang menuntut status yang lebih layak dan sesuai. Sedangkan, para pekerja gig economy di Indonesia, Afrika Selatan, Ekuador, dan India tidak begitu berupaya untuk melakukan resistensi berbentuk penuntutan status pekerjaan yang lebih layak maupun lebih baik atas pekerjaan mereka. Akan tetapi, seperti di Indonesia, para pengemudi ojek online melakukan resistensi dengan membuat "akun tuyul" atau "akun joki" atau "terapi akun" agar dapat memanipulasi platform sehingga para pengemudi ojek online tersebut dapat menambahkan jumlah order mereka[2]. Berdasarkan hal ini, para pekerja lebih berpihak terhadap strategi pragmatis agar dapat bertahan dan tidak kehilangan pekerjaan daripada menghadapi keberpihakan negara dan pemerintah terhadap platform.
     Berdasarkan beberapa fenomena mengenai pengimplementasian digital platform dalam Ekonomi Politik Internasional yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat 2 potensi dan peran dari digital platform terhadap Ekonomi Politik Internasional yaitu sebagai berikut ;
 1. Teknologi digital dapat berperan sebagai salah satu strategi outwitting dan strategi catch up bagi negara-negara Selatan agar dapat lebih unggul maupun dapat mengejar negara-negara Utara.
2. Berkembangnya teknologi digital dapat mengimbangi dominasi perspektif socio-technical system negara-negara Utara dengan cara mempertajam konsep socio-cultural system negara-negara Selatan.
Â
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
     Penggunaan teknologi dalam Ekonomi Politik Internasional dapat berbentuk seperti digital platform. Digital platform merupakan suatu sistem yang bersifat antarmuka dan dapat membentuk jaringan pasar maupun jaringan komersial. Contoh dari digital platform seperti Facebook, GAFA (Google[Alphabet], Apple, Facebook, Amazon), BAT(Baidu, Alibaba, Tencent), Uber, dan lain sebagainya.