Mohon tunggu...
Nadya Julyanti
Nadya Julyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Institu Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

saya adalah mahasiswa Ilmu Jurnalistik Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta angkatan 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Pelecehan Seksual di Gunadarma Berujung Persekusi

23 Desember 2022   13:35 Diperbarui: 23 Desember 2022   13:38 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perguruan tinggi seharusnya menjadi tempat menimba ilmu para mahasiswa bukan malah menjadi wadah untuk menghancurkan masa depan. Kasus pelecehan seksual yang berujung persekusi di Universitas Gunadarma menjadi viral di media sosial,

persekusi itu awalnya terjadi karena viralnya kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh dua pelaku berinisial TPP S1 Ilmu Komunikasi angkatan 2022 dan LYP S1 Managemen angkatan 2019.

Jumat, 2 Desember 2022, TPP menjalankan aksi pelecehan seksual kepada temannya. Setelah selesai perkuliahan para mahasiswa menuju ke kantin untuk mengisi energinya dengan makanan. TPP bertanya keberadaan korban dengan mengirim chat lewat WhatsApp. Korban membalasnya tanpa punya fikiran yang negatif saat itu, mereka mengobrol dan membahas perkuliahan dengan korban, lalu  TPP menuju toilet di bawah  tangga gedung satu.

Ia memanggil korban dan mendorongnya ke tembok, lalu tiba-tiba menyosorkan bibirnya ke arah muka korban. Korban menepisnya dan mendorongnya kebelakang, ia mengatakan "apaan sih gak jelas banget" dengan nada tinggi dan gemetar. Korban yang berharap temannya tersebut bercanda ternyata malah mendapat respon tak terduga, bukannya meminta maaf TPP malah mengajaknya untuk berciuman dengan mengatakan "sekali-kali aja" sambil memeragakan angka satu dengan jarinya.

Sementara itu, LYP sudah menjalankan aksinya pada 26 September 2022. Ia adalah ketua pelaksana dari kegiatan yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi (FE). Ia selalu menghimbau tentang pelecehan seksual kepada mahasiswa baru. "nanti kalo ada kating yang 'nakal' langsung laporin aja ya, jangan takut," ujar LYP.

Korban sempat mengomentari postingan LYP, semenjak itu ia mengajak jalan korban, karena korban takut menolak ajakan kating akhirnya ia menerima ajakan jalan LYP, menonton film Miracle in Cell No.7. Ia menjemput korban ke rumahnya sehabis maghrib, saat itu hujan turun. Mereka bergegas kebioskop dengan rintikan hujan yang membasahi bajunya. Saat sampai di bioskop korban tidak ikut memesan tiket. LYP hanya mengatakan "film nya ada nya  jam setengah Sembilan ya" tanpa persetujuan korban LYP memesan tiket tersebut.

Sebelum film mulai LYP mengajak jalan-jalan korban, tetapi korban menolak karena takut di bawa ke tempat yang ia tidak ketahui. Akhirnya mereka ke tempat nongkrong anak FE, disana korban bertemu teman-temannya LYP yang notabennya adalah katingnya, disana ia tidak banyak mengobrol karena tidak akrab, lalu pukul 20.00 mereka kembali ke bioskop.

Saat film berlangsung LYP mulai menjalankan aksinya dengan memegang tangan korban secara tiba-tiba, korban yang kaget langsung menarik tangannya. Setelah itu tangan korban mulai dicium, korban lagi-lagi menolaknya. "sorry kak jangan gitu," ujar korban dengan lugas dan mulai tidak nyaman.

Korban semakin terkejut, tiba-tiba LYP menggigit ibu jari tangannya, ia memasukkan ibu jari korban seolah-olah ia lagi berciuman dengan korban. Korban yang panik dan takut langsung mengambil handphone dan menghubungi mantan pacarnya.

Korban ingin pulang pulang lebih awal karena sudah takut dengan LYP, namun ia tetap memaksa dan menarik korban. Korban berlari menuju parkiran, ia dijemput oleh mantannya, namun tak sampai disitu LYP mengikutinya sampai rumah. Baru menjadi mahasiswa lalu sudah di lecehkan oleh kating membuat korban mengalami  trauma.

Kampus yang seharusnya menjadi tempat aman untuk menambah ilmu, malah membuat takut mahasiswanya. hal ini dirasakan oleh kedua korban, mereka sekarang tak merasa aman ketika melewati area kampus. Perasaan takut selalu muncul kala ia melihat laki-laki dengan gestur mencurigakan.

Banyak juga pengakuan dari mahasiswa lain yang  dilecehkan secara verbal oleh segerembolan laki-laki. Ketika sedang lewat, mereka dipanggil dengan panggilan yang tak senonoh. Memang terkadang seperti candaan, tetapi semakin lama maka akan membuat risih para mahasiswa lain.

Tersangka pelaku pelecehan seksual di Universitas Gunadarma dipersekusi sejumlah mahasiswa (Credit: Tangkapan layar twitter @abcdyougoblog)
Tersangka pelaku pelecehan seksual di Universitas Gunadarma dipersekusi sejumlah mahasiswa (Credit: Tangkapan layar twitter @abcdyougoblog)

Setelah kasus pelecehan seksual viral di media sosial, beberapa mahasiswa lain ternyata melakukan penindakan dengan menemui pelaku pelecehan tersebut.  

Siang hari, kampus itu tampak seram, pertemuan yang awalnya untuk meluruskan masalah malah berujung persekusi dan penghakiman yang berlebihan. Dengan tidak ada rasa manusiawi, segerombolan mahasiswa lain mengikat para pelaku pelecehan seksual di pohon kelapa yang menjulang tinggi.

Dengan tertawa para mahasiswa lain mulai menelanjangi pelaku pelecehan seksual dengan membuka celana keduanya, mereka berdua bahkan disiram dengan air yang ada di ember berwarna merah. Saat itu mereka berdua hanya bisa menunduk dan menahan malu karena tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Segerombolan mahasiswa juga memukuli, menyundut rokok hingga mecambuk kedua pelaku pelecehan tersebut hingga babak belur. Betapa mirisnya hal yang dilakukan para mahasiswa lain ini. Hal yang tidak berperikemanusiaan, bahkan seekor hewan pun tidak melakukannya.

Tak puas sampai disitu, mereka juga memaksa minum atau mencekoki pelaku pelecehan dengan air seni di dalam botol air mineral. Aksi tersebut menjadi viral karana disebut tidak memanusiakan manusia. Bagaimana bisa seseorang menyuruh orang lain meminum air seni. Tanpa rasa bersalah mereka melakukan hal tersebut dengan wajah bahagia.

Mahasiswa lain yang tidak ikut dalam campur juga merasa malu karena tindakan dari beberapa oknum yang membuat pandangan negatif tentang kampusnya. "aku gak membenarkan pelecehan tersebut, tapi apa yang mereka lakuin juga memanusiakan manusia? Kalo gitu malah sama aja kan, ini tu bukan mereka doang yang malu tapi sekampus," Ujar Etira salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi.

Namun salah satu korban persekusi yang menjadi pelaku pelecehan memilih damai dan menyelesaikan secara kekeluargaan, sementara pihak lain memilih proses jalur hukum.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun