[caption caption="sumber: pixabay"][/caption]
Gigil ini ...
tak berarti, dibanding kebekuan hati
Saat ingatanku tertuju pada sekelebat bayangmu
Sedang rinai gerimis ...
kian mengingatkan kenangan
Saat tanganku berhasil menjamah rerintiknya
Â
Desak sang bayu meronta ...
Seolah mewakili hati yang merindui
Kala sesimpul senyum, gravitasimu menyepuh sepi
Kau menjelma pada sepoi angin yang berhembus menerpaku
Â
Adalah aku ..
yang tak pernah berhenti menitip rindu
Pada angin ...
sepi malam dan gulita yang tak pernah padam
Â
Agar sampai ...
pada muara palung hatimu
Kau lah arjuna yang selalu kupuja
Â
Apakah di sana kau juga merinduiku
Setelah kau pergi membawa ridhaku
Â
Di sini..
aku tetap merindukanmu
meski aku ...
hanya mampu dendangkan rindu dalam dengkur tidurku
kan tetap kuurai mimpi
hingga bilur resah memudar, pecah berpendar
Â
Â
................
 Yunlin-Taiwan 17022016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H