Mohon tunggu...
Nadya Fikriatun Nisa
Nadya Fikriatun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Lampung

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Semester 3 Universitas Lampung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenapa Sih Perempuan Selalu Dijadikan Objek di Film Hantu Indonesia?

19 Oktober 2023   05:18 Diperbarui: 19 Oktober 2023   05:46 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tidak sampai disitu saja, industri film memang sengaja menargetkan perempuan sebagai objek dalam film horor karena betapa rentan dan sensitifnya seorang perempuan. Untuk meningkatkan keseruan jalan ceritanya, perempuan yang sering digambarkan lebih lemah daripada laki-laki baik secara fisik maupun emosional, sengaja dijadikan sasaran empuk berbagai bentuk kekerasan. Dengan menonjolkan kerentanan perempuan, industri film horror dapat menciptakan ketegangan luar biasa sehingga meningkatkan pengalaman horor bagi para penontonnya. Ketidakberdayaan perempuan dalam dominasi laki-laki ini baru sirna ketika ia telah berubah menjadi hantu, barulah mereka memiliki daya untuk balas dendam.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di Taylor & Francis Online, film horor Indonesia dari periode tertentu ditandai dengan objektifikasi terang-terangan, viktimisasi, dan demonisasi terhadap perempuan, yang digambarkan sebagai objek hasrat laki-laki. Penelitian lain yang diterbitkan dalam Jurnal UII menemukan bahwa tubuh perempuan di komodifikasi dalam film horor Indonesia melalui pakaian, tindakan, dan gerak tubuh yang memperlihatkan tubuh seksinya. Menonjolnya sensualitas dan tubuh perempuan dalam film horor menunjukkan bahwa perempuan mengalami kekerasan dan penindasan yang disebabkan oleh sistem kekuasaan dalam berbagai bentuk secara tidak langsung.

Fenomena menarik lainnya yang muncul dalam dunia horor setan perempuan di Indonesia adalah terbatasnya akses perempuan terhadap keadilan. Misalnya dalam Si Manis Jembatan Ancol, Kuntilanak, atau Sundel Bolong, dikisahkan sosok hantu ini muncul akibat peristiwa diperkosa, tidak mendapat keadilan di dunia, sekarat, dan ingin melakukan balas dendam. Namun, dominasi laki-laki terhadap perempuan bahkan tetap terjadi meskipun perempuan tersebut telah berubah menjadi hantu. 

Lagi-lagi perempuan tetap dituntut untuk patuh terhadap laki-laki. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya film yang menjadikan laki-laki sebagai tokoh agama yang memiliki misi untuk mengusir hantu perempuan dan membawa mereka kembali ke alamnya. Alur cerita menuntun penonton pada narasi bahwa segala penggambaran tokoh utama perempuan, baik makhluk halus, roh gentayangan, maupan siluman, wajib tunduk pada otoritas agama ustaz atau pendeta yang sebagian besar adalah laki-laki. Film-film horor Indonesia juga menggambarkan perempuan sebagai karakter pemberontak yang mengalami ketidakadilan yang dilakukan oleh laki-laki, baik secara pribadi maupun melalui sistem secara keseluruhan.

Terdapat dua jenis narasi yang biasanya digunakan untuk menggambarkan pemberontakan perempuan dalam film horor. Pertama, adanya perlawanan fisik berupa pemukulan, pelemparan pisau, dan pencekikan leher. Kedua, cara perlawanan psikologis yang meliputi teror tanpa henti pada orang yang menyakitinya. Dengan kata lain, karakter perempuan yang bermanifestasi sebagai hantu dalam film horor mencari pembalasan atas penganiayaan yang mereka alami sebagai perempuan. Film horor hampir selalu menampilkan paradoks yang melibatkan karakter perempuan. Mereka diklaim memiliki sifat seperti monster, namun mereka juga dikonstruksi menjadi korban. Dalam film horor, perempuan pertama kali digambarkan sebagai korban sebelum berevolusi menjadi hantu yang menunjukkan sisi mengerikannya.

Secara historis, pembatasan terhadap perempuan dijustifikasi dengan menggambarkan perempuan sebagai hantu. Penggambaran ini menunjukkan bagaimana seorang perempuan akan menjadi sesuatu yang menakutkan dan tidak diterima oleh masyarakat jika ia tidak berperilaku sesuai dengan peran yang ditetapkan. Sekarang menjadi semakin jelas mengapa sosok hantu menakutkan itu selalu berjenis kelamin perempuan. Hal ini terjadi bersamaan dengan ketakutan laki-laki dalam bereaksi terhadap peralihan dari pra-kapitalisme ke kapitalisme industri. Sosok hantu perempuan menunjukkan frustasi terhadap modernitas yang menuntut individu untuk selalu maju dan siap bersaing, serta ketakutan terhadap masyarakat yang patriarki. Norma kecemasan itu tergambarkan dalam kemunculan hantu perempuan di ratusan film horor Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun