Mohon tunggu...
Nadya firdausy
Nadya firdausy Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Mahasiswi IAIN Jember prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, pengemar novel terutama tere liye dan suka berlibur ke pantai, memiliki prinsip “All that gliter can’t always be gold” Sesungguhnya Allah bersama hambanya yang sabar.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hassan Hanafi dan Abid Al Jabiri

1 April 2020   19:46 Diperbarui: 8 April 2020   12:11 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

A. Teologi Hassan Hanafi

Hassan Hanafi lahir pada tanggal 13 Februari 1935 dikota Kairo, Mesir. Hanafi memiliki suatu konsep baru yang membahas tentang konsep teologi yang tidak ilmiah dan melangit. 

Ia memiliki tujuan untuk membentuk teologi menjadi ilmu perjuangan sosial dan keimanan dalam diri manusia yang berfungsi nyata dan menjadi kode etik dan memotivasi tindakan dan perilaku manusia, bukan hanya menjadikannya sekedar kepercayaan agama yang tidak ada apa-apanya dan tidak bermakna.

Adapun tujuan lain dr konsep baru tersebut yaitu mendapatkan keberhasilan dalam dunia muslim dengan tercapainya kemerdekaan, kebebasan, kemajuan, kesetaraan sosial dan juga sebagai identitas. 

Konsep Hanafi ini sangat berhubungan dengan teologi yang memiliki usaha untuk melakukan perubahan teologi tradisional yang sifatnya teosentris menjadi antroposentris. 

Hanafi juga menegaskan dalam gagasannya bahwa rekonstruksi teologi tradisional perlu merubah sudut pandang dalam konseptual sistem kepercayaan teologi, sehingga sejalan dengan perubahan kondisi sosial politik yang terjadi. 

Pemikiran inilah yang setidaknya dilandasi dengan dua alasan. Pertama, butuh keberadaan suatu ideologi dan teologi nyata dan jelas yang berada ditengah-tengah pemberontakan ideologi-ideologi global. Karena itu dibutuhkan teologi yang praktis dan bisa memberikan suatu gerakan dalam sejarah bukan hanya memiliki sifat yang teoritik.

B. Tauhid Menurut Hassan Hanafi

Inti ajaran agama islam yaitu tauhid berbasid islam. Hanafi memiliki keinginan untuk kembali mendirikan peradaban islam dengan membangun kembali semangat tauhid. Tauhid merupakan pandangan dunia yang berasal dari seluruh pengetahuan yang ada. 

Oleh karena itu kita harus mempelajari maksud dan tujuan tauhid dan mengetahui fungsinya yaitu membangun islam. Menuru islam hubunga tuhan dengan dunia merupakan hubungan sang pencipta dengan apa yang diciptakan hal itu merupakan hubungan sebab dan akibat dari suatu penciptaan. 

Hanafi juga membuat rekonstruksi tauhid untuk dijadikan suatu acuan oleh umat islam supaya metafisis, tetapi juga sesuai dengan kenyataan. Hanafi meyakini islam tidak hanya sekedar tuhan dilangit tetapi juga dibumi.

Pada awal tahun 1967 Hanafi menulis karyanya dalam bentuk artikel dan diunggah ke media-media, adapun judul artikelnya yaitu Al-Fikr al-Muashir, al-katib, al-Adab dan mimbar islam dan artikel tersebut diterbitkan menjadi suatu buku judulnya “Qadhaya mu’ashirat fi fikrina al-mu’ashir.

C. Nalar Arab Islam Abid Al-Jabiri

Muhammad Abid al-Jabiri lahir pada tanggal 27 Desember 1935. Ia telah melakukan pembaharuan dalam mengkritik epistemologi tradisi keilmuan Arab islam, al-jabiri memiliki tugas utama dalam pembaharuaannya yaitu mempelajari kembali sejarah kebudayaan Arab islam dan mengkritik nalar Arab. Dalam mengkritik ia membagi dua bagian yaitu formasi nalar arab dan struktur nalar arab. Dalam mendalami dua hal tersebut ia menggunakan 

1. Nalar Bayani : berpikir dengan mengedepankan teks 

2. Nalar Burhani : berpikir menggunakan kekuatan rasio yang sejalan dengan logika

3. Nalar Irfani : berpikir berdasarkan pada kasyf / ilham untuk menunjukkan pengetahuan luhur yang ada pada kalbu

Karya pertama al-jabiri berupa tulisan yang berjudul Nahwu wal Turast dan Al-khitab al-Arabi al-Mua’sir Dirasah Naqdiyyah Tahliliyah kedua karya tersebut sengaja dibuat sebagai pengantar bukunya yang berjudul “Naqd al-aql alArabi” yang artinya kritik nalar arab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun