Pernah denger kan kalau haters itu sebenernya fans yang tertunda? Ternyata, ini ada benernya. Soalnya, perilaku haters itu bisa mirip banget sama orang yang jatuh cinta. Mereka terus-terusan ngikutin perkembangan orang yang mereka benci, bahkan kadang mikirin orang itu sepanjang waktu. Bayangin deh, kayak orang yang bilang udah move on dari mantan, tapi ternyata masih aja nyimpen rasa dendam atau benci. Mungkin, meskipun mereka bilang udah gak peduli, sebenarnya masih ada perasaan sayang yang tertinggal. Nah, kenapa bisa kayak gitu, ya?
Menariknya, ada penelitian dari Zeki & Romaya (2008) yang pakai teknologi fMRI buat ngecek reaksi otak saat orang ngeliat gambar orang yang mereka benci dan orang yang netral. Hasilnya? Ternyata, ada tiga bagian otak yang aktif saat benci yaitu putamen, insula, dan korteks prefrontal, dimana mirip dengan orang yang lagi jatuh cinta.
Putamen itu sebenarnya bagian otak yang ngatur gerakan tubuh kita. Nah, kalau orang jatuh cinta, putamen ini ada hubungannya sama perasaan pengen ngejaga pasangan dari orang lain yang mungkin juga tertarik sama dia. Jadi, kayak ada dorongan untuk menjaga jarak antara pasangan kita dan orang lain yang bisa jadi ancaman. Kalau dalam hal benci, putamen ini berperan lebih ke dorongan untuk menghindari orang yang kita benci.
Kalau insula, ketika jatuh cinta adalah perasaan cemburu kalau pasangan jauh dari kita. Sama halnya waktu benci, orang cenderung gak suka kalau orang yang dia benci bahagia. Insula itu sumber dari beberapa emosi, yang membantu dalam pemrosesan emosional kaya cinta dan kasih sayang.
Yang ngebedain adalah bagian korteks prefrontal, nih. Pas orang jatuh cinta, bagian ini nggak terlalu aktif. Korteks prefrontal tuh bagian otak yang tugasnya buat mikir pake logika, mengkritisi, dan ngebedain yang bener sama yang salah. Makanya, orang yang lagi jatuh cinta seringnya ngerasa pasangannya tuh udah sempurna banget, yang  sering disebut "buta cinta". Kayak nggak bisa dibilangin, udah nggak pake akal sehat.
Sama halnya kayak perasaan benci, sebenernya rasa benci itu nggak selalu negatif, bisa juga punya sisi positif. Rasa benci bisa bikin kita termotivasi buat jadi lebih baik. jadi kalau kamu diremehkan atau direndahin, itu bisa jadi pemicu buat kamu berkembang. Misalnya, kamu ditolak sama gebetan karena jerawatan atau penampilan kamu kurang oke, terus kamu benci banget sama dia. Tapi justru dari situ kamu jadi lebih semangat buat merawat diri, rajin olahraga, dan diet sehat.
Nah, setelah itu, pas ketemu sama mantan gebetan kamu, kamu nggak ngerasa cinta atau benci lagi, tapi rasanya jadi lebih netral. Kehadirannya nggak nge-trigger perasaan apa-apa. Itu karena otak kamu mulai mikir lebih rasional dan evaluatif.
Nah ngomongin cinta, cinta itu terjadi diotak loh, bukan dihati. Kalian penasaran gak sih saat kita jatuh cinta penjelasan menurut sains diotak kita gimana? ini nih penjelasannya.
Ceritanya dimulai dari kalian naksir sama seseorang, terus jadi mabuk kepayang, rasanya jantung berdetak lebih kencang, keringat dingin, kayak ada kupu-kupu diperut gitu deh. Nah, semua perasaan ini terjadi dibagian otak yang namanya VTA dan melepaskan neurotransmitter rasa senang yang dikenal sebagai dopamin.
Setelah itu, kalian mulai makin dekat sama orang itu, makin ngerasa nyaman, dan ada perasaan keterikatan, bahkan ketergantungan. Itu semua berkat hormon oksitosin, yang sering disebut juga hormon cinta. Hormon ini yang bikin hubungan kalian sama teman, pasangan, atau keluarga jadi lebih erat dan penuh kasih sayang.
Pas lagi mikirin pasangan, kita bisa jadi nggak fokus ngelakuin kegiatan lain. Nah, menurut Bottle Neck Concept, otak manusia itu cuma bisa proses informasi yang terbatas. Jadi, ibaratnya kayak leher botol, apa yang ada di dalam botol nggak semuanya bisa keluar lewat leher botol. Jadi manusia nggak bisa melakukan segala hal secara bersamaan. Hal ini karena otak manusia cuma bisa fokus sama satu kegiatan yang membutuhkan proses kognitif.