Palestina, melangsungkan serangan terhadap Israel dengan mengirimkan pasukan bersenjata ke daerah pemukiman penduduk sipil Israel di sekitar Jalur Gaza. Hal ini kemudian menuai kontroversi mengenai betapa kejamnya Hamas dalam menyerang Israel yang mengakibatkan sekitar 1,4 ribu warga Israel meninggal dunia (dilansir dari BBC News Indonesia pada 24 Oktober 2023).
Pada 7 Oktober 2023, Hamas, kelompok milisiOleh karena itu, Israel tidak menerima dan membalas serangan tersebut. Pasukan Israel memulai serangan udara dan operasi darat yang menewaskan 1,2 ribu orang dan menyandera lebih dari 200 orang—banyak di antaranya masih dalam tawanan.
Sejak saat itu, operasi militer Israel menyebabkan kehancuran dan kematian massal serta pengungsian yang meluas di Gaza, terutama di bagian utara. Berdasarkan IRC, diketahui terdapat lebih dari 36 ribu warga Palestina yang terbunuh dan 81 ribu luka-luka, dengan lebih dari setengahnya adalah wanita dan anak-anak. Namun pertanyaannya, apakah kalian tahu penyebab di balik peristiwa tersebut? Kejadian apa yang sebenarnya telah berlangsung selama ini?
Permulaan Konflik Palestina-Israel
Konflik antara Palestina dan Israel sebenarnya telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun, dimulai pada 2 November 1917. Setelah mengalahkan Kesultanan Ottoman dalam Perang Dunia Pertama, Inggris mengambil alih wilayah yang dikenal sebagai Palestina. Wilayah ini mayoritas dihuni oleh orang Arab dan minoritas Yahudi, serta beberapa kelompok etnis kecil lainnya.
Ketegangan antara etnis Arab dan Yahudi yang tinggal di wilayah tersebut meningkat. Menteri Luar Negeri Inggris pada saat itu menulis surat kepada komunitas Yahudi di Inggris untuk "mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina". Surat tersebut dikenal sebagai Deklarasi Balfour. Oleh sebab itu, Eropa, khususnya Inggris, berjanji kepada Zionis untuk mendirikan sebuah negara di wilayah yang 90% penduduknya adalah orang Arab Palestina asli. Mandat Inggris di Palestina dibentuk pada tahun 1923 dan berlangsung hingga 1948.
Pada tahun 1947, populasi Yahudi di Palestina telah meningkat menjadi 33%, meskipun mereka hanya menguasai 6% lahan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian mengeluarkan Resolusi 181, yang mengusulkan pembagian Palestina menjadi negara Arab dan negara Yahudi. Rencana tersebut ditolak oleh Palestina, lantaran mereka harus merelakan sekitar 56% wilayahnya kepada negara Yahudi. Padahal saat itu, warga Palestina menguasai 94% wilayah bersejarah dan mencakup 67% dari total populasi.
Istilah Al-Nakba bagi warga Palestina
Pada 1948, Inggris memutuskan untuk mundur karena tidak bisa menyelesaikan konflik antara komunitas Yahudi dan Arab di Palestina. Para pemimpin Yahudi kemudian mengumumkan berdirinya negara Israel, yang dimaksudkan sebagai tempat aman bagi komunitas Yahudi yang dianiaya dan sebagai rumah mereka.
Pertempuran antara Yahudi dan milisi Arab semakin sengit selama beberapa bulan. Sehari setelah Israel memproklamasikan kemerdekaannya, 5 negara Arab menyerang wilayah tersebut. Ratusan warga Palestina melarikan diri atau dipaksa meninggalkan rumah mereka dalam peristiwa yang mereka sebut sebagai Al Nakba atau "bencana”.
Sekitar 750 ribu warga Palestina terpaksa mengungsi dari rumah mereka, sedangkan 15 ribu lainnya tewas dalam pembantaian. Peristiwa ini memungkinkan Gerakan Zionis untuk menguasai 78% wilayah bersejarah Palestina. Sisanya, yaitu 22%, terbagi menjadi Tepi Barat yang kini diduduki dan Jalur Gaza yang terkepung.