Mohon tunggu...
Nadya Azzahra Syah
Nadya Azzahra Syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Hanya manusia biasa😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Kita

20 Mei 2021   11:57 Diperbarui: 20 Mei 2021   12:16 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Selamat tinggal, Diana."

Meringis hatiku ketika kau mengucapkan seperti itu. Dengan mudahnya kau menyelami luka ini. Semua telah kau ungkapkan. Pada dedaunan mulai berjatuhan. Jantungku seketika berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Hati telah tersayat karena ucapanmu. Alasan yang tidak jelas meninggalkanku begitu saja. Kita hanya sebatas perahu kertas yang mulai berlayar ke dermaga. Kita bukanlah kapal selam yang bisa menyelam di lautan luka. Kita juga bukanlah segilintir kertas yang siap diterbangkan. Kita juga bukan sebuah kotak misteri, tapi kita sebatas angan yang berlebihan.

Suara yang dulu pernah kudengar, kini telah hilang. Lengkungan senyum yang merekah di hadapanku, kini telah menjadi bayangan. Tawa yang pernah kita ciptakan, kini silih berganti menjadi tangis. Sendu yang pernah kita adu, telah menjadi masa lalu. Harapan yang pernah kita buat, kini telah menjadi sepenggal noda.

Coba saja kala itu kau memberi alasan yang jelas kepadaku, aku kan mengerti. Sampai detik ini kau masih menyembunyikan sebuah hal dariku. Tiada terkesan cerita kita kemarin. Aku tak pandai barandai-andai. Aku yang telah menebus segala kesetian. Aku telah mengucapkan kebahagian. Aku yang telah melirihkan sebuah doa. Sekali lagi, aku masih butuh alasanmu.

Duduk di sebuah kursi antik. Menikmati secangkir teh hangat. Menikmati pemandangan yang begitu tenang. Aku telah melupakan masa lalu yang kelam. Sekarang, aku telah membuka lembaran baru.

"Diana. Apa kabar?" tanya dari seorang lelaki yang mirip dengan Deri. Sekali lagi, aku masih menatap indah matanya. Ternyata benar, kau adalah Deri. Aku langsung bangkit dari tempat santaiku.

"Baik. Ada apa kamu ke sini?"

"Ini---" Deri memberi sebuah kertas berwarna merah berbalut pita, "undangan untukmu."

Mataku seketika menjadi bulat. Tanganku bergetar, "Undangan siapa?"

"Aku," jawabnya singkat.

"Oh, jadi ini alasan kamu untuk meninggalkanku waktu itu, ya? Atau---"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun