Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan telah menjadi isu penting dalam era modern ini. Dalam konteks pertanian dan peternakan, pencarian alternatif budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan telah menjadi prioritas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat. Salah satu potensi yang masih belum sepenuhnya dieksplorasi adalah pemanfaatan kodok sebagai alternatif budidaya yang berkelanjutan.
Bahan pangan alternatif menjadi penting sebagai pemenuh kebutuhan pangan yang meningkat seiring dengan bertambahnya populasi. Daging kodok dapat menjadi pilihan.Â
Cita Rasa yang Unik
Daging kodok memiliki rasa yang lembut dengan tekstur yang menyerupai sayap ayam. Cita rasa daging kodok juga menyerupai campuran antara daging ayam dan daging ikan.
Kandungan Nutrisi yang TinggiÂ
Daging kodok secara umum memiliki kandungan protein, asam lemak omega-3, vitamin A, dan kalium. Selain itu mengandung nutrisi dengan persentase antara lain 15,20% potein, 0,60% lemak, 3,40% abu, dan 80% air. Daging kodok khususnya kodok lembu (bullfrog) memiliki keunggulan dari segi nutrisi yaitu tidak adanya kandungan kolesterol. Selain itu, kodok lembu memiliki nilai gizi sebagai berikut: 19,76% protein, 0,63% lemak, 2,36% abu, dan 75,63% air. Penelitian yang dilakukan Community College Kodok Lembu Fakultas Peternakan UNDIP bahkan membuktikan bahwa kandungan protein dari daging kodok lembu bersaing dengan produk daging ternak konvensional seperti daging sapi, kerbau, babi, ayam, dan kambing.Â
Dapat Diolah Menjadi Berbagai Menu Hidangan
Swike atau Swikee merupakan masakan khas Tionghoa yang dibuat dari paha kodok, yang diolah dalam berbagai metode seperti direbus, digoreng, dan ditumis. Selain dihidangkan dalam bentuk swike, daging kodok juga dapat diolah menjadi bentuk produk pangan lainnya. Daging Kodok juga dapat diolah menjadi produk abon. Di Prancis, hidangan kodok bernama Cuisses de grenouilles menjadi favorit masyarakat setempat, yakni hidangan kaki katak yang dibaluri tepung kemudian digoreng dengan mentega, bawang putih, dan peterseli.Â
Sudah Menjadi Hidangan Favorit di Beberapa Wilayah di Indonesia
Hidangan kodok di Indonesia umumnya diperjualbelikan di restoran dan hotel dengan sebagian besar konsumennya adalah wisatawan dari luar negeri. Peningkatan permintaan akan daging kodok dalam negeri juga diperkirakan terus meningkat terutama di beberapa daerah yang memiliki banyak penduduk beretnis Tionghoa, seperti Riau, Batam, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan. Masyarakat etnis Tionghoa menjadikan daging kodok sebagai salah satu bahan pangan favorit. Hidangan swike merupakan salah satu yang paling populer.
Menjadi Hidangan yang Populer Pada Beberapa Negara
Pemanfaatan kodok sebagai pangan sebelumnya sudah menjadi tren di beberapa negara, seperti halnya Prancis dan Cina. Di negara seperti Vietnam, Kamboja, Thailand hingga Amerika, paha kodok menjadi bahan makanan yang umum dikonsumsi. Masyarakat Vietnam bahkan sudah membudidayakan kodok secara komersial dengan tujuan menghasilkan daging untuk dikonsumsi.Â
Karena memiliki beberapa keunggulan yang menjanjikan, daging kodok menjadi bahan pangan alternatif yang perlu dieksplorasi lebih. Usaha budidaya kodok berkelanjutan untuk dimanfaatkan dagingnya dengan memerhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dapat memberikan solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H