"Saya ingin bertanya. Apakah kalian sungguh-sungguh akan mempertaruhkan nyawa kalian untuk menghentikan penyiksaan ini?" Satu ruangan berseru YA!
Terdengar dari ujung ruangan suara itu. Suara yang akrab. Suara Abang. Dia tampak berbeda dengan tampilan lebih patriotik dari biasa. Abang melihatku lalu memberikan senyuman kecil. Aku pun membalasnya.
      Rencana ini terdengar sangat baik. Memberontak kepada PETA. Dengan 68 orang ini, sudah cukup untuk memberontak. Aku sangat positif. Komandan Supriyadi juga. Tetapi, kami masih butuh sebuah persetujuan dari Bapak Soekarno karena tanpa persetujuan maka kami tidak dapat melaksanakan pemberontakan dengan lancar. Komandan berencana untuk meminta pendapatnya mengenai rencana ini. Aku hanya berharap ini berjalan dengan lancar.
Â
13 Februari 1945
      "Berita bagus kawan-kawan, Soekarno akan berkunjung ke Blitar untuk mengunjungi orang tuanya. Ini adalah saat yang tepat untuk memberitahu tentang tencana kita dan meminta pendapatnya!" seru salah seorang pasukan. Supriyadi pun mengangguk sebagai tanda setuju. Aku dan Abang sedang duduk-duduk di keheningan.
      "Bagaimana kabar orang tua kita, Den?" tanya Abang. "Baik. Tetapi, mereka menunggu kakak untuk pulang ke rumah," jawabku tanpa melihat wajah Abang. Memang terdengar Abang khawatir, aku ingin menanyakan mengapa Abang tidak pulang, tetapi saat ini adalah waktu yang sangat tidak tepat. Aku memiliki rasa kesal terhadap Abang. Kenapa harus disaat seperti ini dia harus pergi? Hari ini pasukan harus siap memberontak. Fokus kepada tujuan.Â
      "Pasukan, mari bersiap-siap!" tegas Supriyadi. Kami mengambil semua barang-barang yang dibutuhkan dalam pemberontakan. "Kalian akan menghampiri Soekarno dan menanyakan tentang hal ini. Pastikan jangan sampai ada tentara lain yang menyadari tentang kehadiran kita."
      "Kami akan melaksanakan pemberontakan pada tanggal 14 Februari tepatnya besok. Pemberontakan terhadap PETA yang dipimpin oleh Komandan Supriyadi. Menurut bapak, bagaimana?" tanya Abang dengan penuh percaya diri. Soekarno melihat kami dan memberikan kami tatapan tidak yakin. "Kalian semua yakin? Bahwa rencana ini akan berjalan dengan lancar? Menurut saya, risikonya sangat besar. Tolong kalian pertimbangkan dahulu. Kalian hanya berjumlah 68 orang. Bagaimana kalian bisa melawan satu organisasi PETA?"
      "Saya yakin. Pemberontakan ini akan berjalan dengan baik dan lancar. Pemberontakan ini akan berhasil. Karena, rasa cinta kami akan tanah air dan kehidupan rakyat yang sangat menyiksa dapat dihentikan dengan cara ini," tegas Supriyadi. Kami para pasukan hanya berdiri di belakang dan memberikan tatapan serius. Kami serius ingin membela untuk rakyat kami. Kami tidak suka melihat penderitaan yang telah dilakukan oleh Jepang. Kerja paksa, hasil pertanian dirampas oleh mereka, dan terjadinya rasisme di antaranya.
14 Februari 1945