Mohon tunggu...
Nadya Agus Salim
Nadya Agus Salim Mohon Tunggu... Guru - Seorang Penulis yang juga berprofesi sebagai pendidik

Nadya. terkenal dengan nama Pena Nadya Agus Salim ,. Ibu dua orang anak ini adalah seorang guru SMK yang memiliki hobby menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mu Ai Fang, Artis Taiwan, Kelahiran Pontianak yang Multitalent

26 Agustus 2021   05:07 Diperbarui: 26 Agustus 2021   05:40 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saat makan siang, ku sajikan Soto Indonesia dan kerupuk udang, ku pakai cara ku sendiri memperkenalkan budaya, adat istiadat, makanan, ciri khas Indonesia yang menjadi kebanggaan ku sejak ku lahir," ceritanya padaku.

"Cia You Indonesia ku, berkibar terus di negeri Orang. Tunjukkan kita bukan negara miskin, bukan rendah di mata orang, kita kaya dengan ribuan pulau- pulau dari Sabang sampai Merauke. Kita kaya dengan berbagai suku bangsa,ras, agama, aneka ragam makanan, kue- kue, dan adat istiadat. Ini adalah kekayaan tak ternilai yang cukup patut kita banggakan yang tak dimiliki bangsa lain, serunya dengan penuh semangat."

Mu Ai Fang lanjut bercerita, "Banyak yang tak tahu, Aku sebenar nya tuli, telinga sebelah kiri ku tak bisa mendengar sama sekali, selain teman teman dekat ku yang tahu, ku jarang memberitahu orang lain."

Dengan hanya telinga kanan yang bisa mendengar, ku pendam semua kekurangan ku. Paling tidak aku masih bisa mendengar suara walau pun pelan. Dalam setiap pekerjaan dan tugas ku, ku teliti banget terhadap setiap orang yang berbicara pada ku. Aku perhatikan wajah mereka baik- baik, ku tatap bibir orang dalam setiap nada bicara nya hanya untuk memastikan bahwa apa yang mereka bicarakan sudah aku tangkap dengan benar. Dalam 15 tahun ini aku berkarya hanya dengan 1 telinga, apakah tidak susah ?

"Jawab ku, sangat susah." Untung aku punya sifat pantang menyerah. Pantang menyerah dengan keadaan. Pantang menyerah dengan nasib, lebih pantang menyerah kepada orang -orang yang pernah merendahkan ku.  Aku tahu aku cacat dan tuli, tapi aku masih ada mata yang bisa melihat.  Masih ada mulut yang bisa berbicara. Masih ada hidung yang bisa bernapas. Masih ada tangan dan kaki yang lengkap, apalah arti kurang 1 telinga ? Itu bukan hambatan bagiku, yang terpenting adalah niat dan tujuan yang tak pernah putus. Aku pernah bersumpah dengan kekurangan yang ada aku akan jadikan kekurangan ini sebagai kelebihan bagiku.

Sama seperti foto ini memeluk sebuah bukit dalam jarak dekat. Sudah pasti ku tak mampu. Namun menggenggam bukit dalam jarak jauh sudah pasti masalah gampang, dan yang terpenting adalah si Tukang foto harus bisa menangkap gambar dengan tepat baru bisa menghasilkan gambar yang benar dan bagus, ini lah hidup !

Hidup apa yang kamu ingin kan ? Hidup sebenar nya ada dalam genggaman tangan mu sendiri. Tergantung kamu bagaimana mengolahnya menjadi baik. Mau hidup mapan maka anda harus rajin. Mau hidup tenang maka anda jangan suka mencari keributan. Mau bagaimana maka anda harus bagaimana, begitu seterus nya.

Jangan lupa untuk bersyukur, bersyukur kita masih bernapas sampai hari ini. Bersyukur kita masih diberi tubuh dan stamina yang baik dan sehat, bersyukur kita punya sandang pangan dan papan yang cukup, bersyukur atas rezeki yang selalu melimpah, bersyukur dalam segala hal dan setiap saat, Amiin

Tahun 2007 , "Selamat ya Ai fang kali ini dapat Golden Bell Award lagi, berkat kerja kerasmu tidak sia-sia,"  ucap sahabatnya Santi.

Kami sebagai warga kota Pontianak bangga punya teman seperti mu kau angkat nama Pontianak. Walaupun masih banyak warga indonesia yang tak tahu kalau kau menjadi artis terkenal di negara tetangga. Tetapi kau melebihi mereka yang mereka banggakan.

Mu Ai Fang , kembali bercerita saat ia di undang pada perayaan hari Pahlawan negara yang sangat dicintainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun