Mohon tunggu...
Nadya Agus Salim
Nadya Agus Salim Mohon Tunggu... Guru - Seorang Penulis yang juga berprofesi sebagai pendidik

Nadya. terkenal dengan nama Pena Nadya Agus Salim ,. Ibu dua orang anak ini adalah seorang guru SMK yang memiliki hobby menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyesal

22 Agustus 2021   14:03 Diperbarui: 22 Agustus 2021   14:05 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halim seorang pemuda tamatan SMK, anak satu-satunya dari seorang janda, ibu Zaleha. Saat ini, wanita ringkih yang sangat disayanginya. Sedang terbaring lemah di dipan tua dengan kasur lapuk dan tipis. Batuk yang dideritanya membuat ia hanya mampu berbaring.

Halim memiliki cita-cita ingin melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Apa daya kemiskinan akhirnya membuat ia menyerah pada nasib. Ia harus bekerja, tetapi saat pandemie mencari pekerjaan sangatlah sulit.

Khuk...Khuk... khuk..., terdengar batuk dari dinding reot berbahan bambu di kamar bu Zaleha. Halim menghampiri sambil membawa segelas air hangat. Tampak bu Zaleha mengusap sepercik darah di bibirnya.

"Minum bu!" ujar Halim.

"Maaf Halim hanya dapat memberi air putih untuk ibu. Hari ini Halim akan mencari pekerjaan, agar dapat membeli obat untuk ibu," kata Halim.

"Maaf ya nak! Harusnya tahun ini kamu bisa melanjutkan kuliah. Karena ibu sakit kamu jadi gagal untuk kuliah."

"Tak apa bu! Halim sudah tak minat untuk kuliah, otak Halim sudah lemot untuk berpikir. Sudah cukup ibu bekerja selama ini, demi Halim bisa sekolah. Sudah waktunya bagi Halim membahagiakan ibu," jawab Halim.

Padahal apa yang terbersit di hatinya, tak sesuai dengan apa yang ada di ucapkannya. Tetapi ia tak mau membuat ibunya bersedih. Selama ini bu Zaleha telah bekerja keras menjadi seorang pembantu demi menyekolahkannya.

Ayahnya telah pergi meninggalkan mereka, sejak ia masih SD. Sakit keras dan tak ada biaya untuk berobat, hingga ajal menjemputnya. Sejak itulah bu Zaleha bekerja keras agar anak semata wayangnya menjadi orang sukses. Apalah daya kini impian Halim harus dikubur dalam mimpi. Penyakit tuberkulosis yang semakin hari semakin parah membuat bu Zaleha tak mampu lagi untuk bekerja.

Mentari mulai menampakkan senyumannya. Burung-burung telah meninggalkan sarangnya. Suara merdu jangkrik bernyanyi, telah hilang berganti dengan datangnya sang surya. Pagi ini Halim bermaksud mencari kerja. Dengan ijazah SMK yang ia miliki. Semoga ada pekerjaan yang ia dapatkan.Hanya dengan berjalan kaki, perusahaan hingga toko yang ia kunjungi. Tak satupun menerima lamaran dari seorang siswa yang tak memiliki pengalaman bekerja.

Mentari semakin tinggi. Sinarnya terasa membakar kulit. Keringat telah bercucuran di sekujur tubuhnya. Perutnya sudah mulai terasa lapar. Hanya segelas air putih yang mengisi tenggorokannya dari malam hingga siang ini. Perih mulai terasa. Membayangkan ibu yang sedang sakit. Orang tua satu-satunya, yang ia miliki. Membuat semangatnya kembali hadir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun