Dua tahun berlalu, kini Malik telah menuai hasilnya. Ia telah lulus menjadi Hafiz Quran. Ia juga telah lulus dalam pendidikan Magister. Usaha yang ia buka, juga telah memiliki cabang, di beberapa kota.
Kini Malik menjadi seorang CEO pada perusahaan yang bergerak dalam bidang, desain grafis dan percetakan. Ia masih tetap sendiri. Ia yakin Allah telah meyiapkan jodoh yang terbaik untuknya.
Malik menjadi CEO yang disayangi, sekaligus di segani. Sikapnya yang ramah, rendah hati, dermawan, Â membuat para karyawan menyayanginya. Bukan hanya para karyawan, para relasi juga segan padanya. Usahanya semakin berkembang.
Saat ini, Malik sedang berada di kantor cabang perusahaan yang baru ia buka. Para karyawan beserta keluarga turut menghadiri acara pembukaan kantor barunya. Makanan mewah terhidang di meja. Ruangan di hias dengan indah. Hiburan musik mengalun memeriahkan acara tersebut. Malik berdiri di atas podium. Ia mulai memberi kata sambutan. Di sampingnya berdiri seorang wanita cantik, soleha, anak pemilik pondok pesantren tempat ia mengabdi. Jodoh adalah cermin dirinya. Ternyata itu yang terjadi pada diri Malik. Ia sangat bersyukur memiliki istri pilihan Allah.
Nun di kejauhan, tampak seorang wanita berpenampilan sederhana, menunduk malu. Ia Amelia. Suaminya ternyata, karyawan di perusahaan Malik. Ia menyesal telah menghina Malik. Ternyata orang yang ia hina, kini derajatnya lebih tinggi darinya.
"Roda selalu berputar. Kita tak pernah tahu, bagaimana takdir memihak pada kita."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H