Mohon tunggu...
Nadya Agus Salim
Nadya Agus Salim Mohon Tunggu... Guru - Seorang Penulis yang juga berprofesi sebagai pendidik

Nadya. terkenal dengan nama Pena Nadya Agus Salim ,. Ibu dua orang anak ini adalah seorang guru SMK yang memiliki hobby menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibarat Air di Daun Keladi

16 Agustus 2021   13:58 Diperbarui: 16 Agustus 2021   14:01 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang saat jam istirahat sekolah. Serombongan remaja putri terlihat asyik bergerombol di taman sekolah. Mereka adalah genk cantik, centil dan manja, disingkat Canceman. Terdiri dari Lastri, Angel, Meyra, Ratih dan Ayu. Mereka cewek favorit di sekolahnya.

Walau termasuk dalam genk Canceman, Ayu adalah gadis sederhana. Ia tak terpengaruh dengan gaya hidup teman-temannya. Ke empat temannya, biasa nongkrong di diskotik hingga larut malam. Mereka anak orang terpandang. Berbeda dengan Ayu. Ayahnya hanyalah seorang ASN rendahan.

Ayu tahu, ia dapat bergabung di genk tersebut, karena ia juara umum di sekolahnya. Mereka sangat baik terhadap Ayu. Mereka bukanlah genk yang bertindak negatif di sekolah. Mereka banyak belajar dari Ayu. Hanya kebiasaan buruk mereka, yang suka ke diskotik. Sangat sulit dihilangkan. Semua karena, mereka adalah anak-anak yang kurang perhatian. Orang tua mereka terlalu sibuk.

Ayu sudah terlalu sering, menasehati ke empat sahabatnya. Tetapi mereka tetap tak menggubris, nasehat dari Ayu. Apalagi, jika ada teman yang berulang tahun. Acaranya diadakan di diskotik. Mereka sangat antusias untuk pergi. Bukan tanpa alasan, Ayu melarang mereka pergi. Ayu takut, terjadi hal yang tak diinginkan.

Malam minggu ini. Salah seorang siswa dari sekolah lain, akan merayakan ulang tahun di diskotik. Saat ke empat temannya sibuk membicarakan kostum yang akan mereka kenakan. Ayu hanya mengamati. Seperti biasanya, ia tetap melarang teman-temannya untuk hadir. Jika teman-temannya masih ngotot untuk tetap pergi. Ayu hanya menasehati untuk berhati-hati dalam bergaul.

"Teman-teman, masa depan kita masih panjang. Ada sesuatu yang sangat berharga, harus kita jaga. Kehormatan kita sebagai wanita. Kita tak tahu, saat kita lengah, seseorang bisa saja mengambil kesempatan . Kaliah harus saling menjaga satu sama lainnya. Hati-hati dalam berteman. Belum tentu, semua teman yang kalian kenal itu baik. Bisa saja, ada yang tidak senang dengan sikap kita. Mereka dendam. Ingin kita hancur."

"Iya sayaaangggg!, serempak ke empat temannya menjawab.

"Kami akan saling menjaga. Kamu jangan cemas. Kita sudah terbiasa," jawab Meyra.

Ibarat air di daun keladi. Segala nasehat yang Ayu berikan. Hanya dianggap angin lalu, oleh teman-temannya. Hilang tak berbekas. Kesepian, butuh perhatian dari orang tua. Itu yang membuat mereka bebas ke luar rumah kapan saja. Sedang, orang tua mereka, sangat jarang berada di rumah. Sibuk. Sibuk. Selalu alasan itu yang mereka dengar.

Entah Cuma perasaannya, yang sangat mengkhawatirkan ke empat teman-temannya. Atau cuaca panas, malam itu. Membuat mata Ayu, tak dapat terpejam. Pukul sembilan malam. Ayu biasanya sudah terlelap dalam mimpi panjangnya. Tetapi malam ini. Matanya sangat sulit untuk terpejam. Ayu menatap handphonenya. Ternyata sudah tengah malam. Tetapi ia masih belum mengantuk. Rasa cemas yang mendera membuat ia tak juga terlelap.

Ayu bangkit dari tempat tidur. Beranjak menuju kamar orang tuanya.

"Ayah," panggil Ayu.

"Ada apa nak?"

"Mengapa kamu belum tidur?"

"Hari telah larut malam, tidurlah!" perintah Pak Hamid, ayah Ayu.

"Maaf ayah. Ayu tak bisa tidur. Ayu takut terjadi hal buruk pada teman-teman Ayu. Entah mengapa perasaan Ayu tak enak," ucap Ayu.

"Apakah ayah mau mengantar Ayu ke tempat teman-teman," tanyanya.

"Memang, apa yang dilakukan teman-temanmu, hingga kamu mengkhawatirkannya. Apalagi ini sudah larut malam. Tak mungkin anak gadis, selarut ini masih berkeliaran di luar rumah."

"Kemana orang tua mereka," tanya ayahnya beruntun

"Nanti Ayu akan ceritakan ke ayah. Sekarang waktunya tidak tepat. Ayu khawatir dengan mereka. Kita harus cepat berangkat," pinta Ayu lagi.

"Baiklah. Ayo kita berangkat," jawab Pak Hamid.

Ayu dan ayahnya, segera berangkat menuju diskotik tempat teman-temannya merayakan ulang tahun. Ketika mereka sampai di sana. Tak jauh dari tempat Ayu dan ayahnya berdiri. Tampak Angel, sedang di papah seorang lelaki menuju mobil yang ada di pinggir jalan. Angel dalam keadaan tak sadar. Lelaki yang membawanya, usianya sebaya dengan Pak Hamid. Ayu tahu. Lelaki itu bukan ayah Angel. Pak Hamid, segera menuju ke mobil tersebut.

"Maaf pak, ini anak saya, akan bapak bawa kemana anak saya?" tanya Pak Hamid.

Lelaki tersebut, mengamati wajah Pak Hamid. Tanpa ragu, ia memerintahkan orang-orang yang bersamanya, untuk mengeroyok Pak Hamid. Jumlah mereka empat orang. Berbadan besar dan kekar. 

Untung Pak Hamid, adalah guru bela diri di kampungnya. Menghadapi mereka, tidaklah susah baginya. Ayu yang menyaksikan perkelahian itu, dengan cepat meraih Angel dari tangan lelaki tua tersebut. Ayu juga memiliki ilmu bela diri. Sehingga tak sulit baginya melawan, seorang lelaki tua. Setelah berhasil melumpuhkan lelaki tersebut. Ayu segera membawa Angel ke tempat yang aman.

Singkat cerita, Pak Hamid berhasil melumpuhkan ke empat lelaki tersebut. Mereka tampak kepayahan. Pak Hamid segera menghubungi seorang temannya yang anggota kepolisian. Ia menceritakan, apa yang terjadi padanya. Tak lama terdengar bunyi sirine. Muncul beberapa anggota kepolisian. Mereka segera membawa rombongan lelaki yang akan membawa Angel. Anggota kepolisian lainnya, segera menghentikan acara ulang tahun di diskotik tersebut. Apalagi mereka mendengar, banyak anak di bawah umur yang mengikuti pesta.

Setelah diselidiki, ternyata. Lelaki paruh baya yang membawa Angel, terlibat dalam kasus prostitusi online. Teman mereka yang berulang tahun. Ternyata termasuk dalam salah satu mucikari. Ia termasuk dalam DPO (daftar pencarian orang) prostitusi online. Angel dan teman-temannya termasuk dalam target mereka. Bukan karena Angel dan teman-temannya kekurangan uang. 

Tetapi, karena kecantikan dan kepopuleran mereka. Banyak lelaki yang menginginkan mereka. Angel dan temannya yang lain. Walau sering ke diskotik. Mereka tetaplah anak-anak yang polos. Kehidupan malam yang berbahaya, tak pernah ada dalam pikiran mereka. Beruntung mereka memiliki sahabat seperti Ayu.

Betapa terkejutnya, ke empat orang tua dari sahabat Ayu. Mereka tak menyangka. Uang dan kemewahan yang mereka berikan. Tak dapat membeli kasih sayang dan perhatian pada anak-anak mereka. 

Beruntung anak-anak mereka, belum terlalu jauh melangkah. Mereka sangat berterima kasih kepada Pak Hamid dan Ayu. Merekapun berjanji akan selalu memperhatikan anak-anak mereka. Pihak sekolah yang mengetahui, kejadian tersebut dari berita yang terbit di media massa. Memberi hukuman skorsing selama seminggu untuk mereka.

Sejak saat itu. Ke empat sahabat Ayu, berubah. Mereka sadar, apa yang selama ini ditakutkan Ayu terbukti. Dunia malam dan diskotik, bukanlah tempat yang baik untuk mereka. Pengalaman yang mereka dapatkan, menjadi pelajaran bagi mereka. Kini mereka juga mendapatkan perhatian dan kasih sayang penuh dari orang tua mereka.

"Berteman dengan orang baik, maka akan baiklah kita. Begitu juga sebaliknya."

"Carilah teman yang membawa kita dalam kebaikan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun