Pendaratan di bulan merupakan salah satu tonggak sejarah manusia yang paling penting, momen yang menentukan dalam eksplorasi ruang angkasa, dan puncak dari kemajuan ilmiah dan teknologi selama bertahun-tahun. Program Apollo NASA, yang dimulai pada tahun 1961, diciptakan dengan tujuan utama untuk mendaratkan manusia di bulan dan mengembalikan mereka ke Bumi dengan selamat. Upaya ambisius ini dilakukan pada puncak Perang Dingin, yang sebagian besar didorong oleh keinginan Amerika Serikat untuk melampaui Uni Soviet dalam apa yang disebut "perlombaan ruang angkasa."
Perlombaan Ruang Angkasa dan Asal Usul Apollo
Asal usul program pendaratan di bulan NASA dapat ditelusuri kembali ke persaingan geopolitik yang ketat antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pada tahun 1957, Uni Soviet meluncurkan Sputnik 1, satelit buatan pertama, ke orbit, yang menandakan kecakapan teknologi mereka. Sebagai tanggapan, Amerika Serikat membentuk Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) pada tahun 1958 untuk mempelopori upaya ruang angkasa mereka sendiri.
Presiden John F. Kennedy membawa perlombaan antariksa ke tingkat yang baru ketika, pada tanggal 25 Mei 1961, ia menantang bangsa untuk mendaratkan manusia di bulan dan mengembalikannya dengan selamat ke Bumi sebelum akhir dekade ini. Pidato ini, yang disampaikan di hadapan sidang gabungan Kongres, menggerakkan program Apollo, yang dinamai menurut dewa matahari Yunani, yang melambangkan pencerahan dan pencapaian.
Misi Awal: Apollo 1 hingga Apollo 10
Sebelum berhasil mendarat di bulan, NASA harus melakukan serangkaian misi persiapan, baik berawak maupun tak berawak. Misi berawak pertama, Apollo 1, berakhir dengan tragedi pada tanggal 27 Januari 1967, ketika kebakaran kabin selama uji coba pra-peluncuran menewaskan ketiga astronot di dalamnya—Gus Grissom, Ed White, dan Roger B. Chaffee. Bencana ini menyebabkan penghentian sementara program, yang menyebabkan revisi keselamatan besar-besaran dan perombakan teknik.
Setelah kemunduran ini, NASA melanjutkan penerbangan dengan misi Apollo 7 yang sukses pada Oktober 1968, yang menguji Modul Komando dan Layanan (CSM) di orbit Bumi. Misi-misi berikutnya seperti Apollo 8 dan Apollo 10 membawa NASA lebih dekat untuk mencapai pendaratan di bulan dengan mengorbit bulan dan menguji komponen-komponen penting untuk pendaratan di masa mendatang.
Pendaratan Pertama di Bulan: Apollo 11
Pada 16 Juli 1969, NASA meluncurkan Apollo 11, misi bersejarah yang akan memenuhi tujuan ambisius Kennedy. Dipimpin oleh Neil Armstrong, dengan Buzz Aldrin sebagai pilot modul bulan dan Michael Collins sebagai pilot modul komando, pesawat ruang angkasa itu menempuh jarak 240.000 mil ke bulan. Empat hari kemudian, pada 20 Juli 1969, Modul Bulan Eagle terpisah dari Modul Komando Columbia dan turun ke permukaan bulan.
Pada pukul 20:17 UTC, Armstrong mengumumkan kata-kata yang sekarang terkenal: "Houston, Pangkalan Tranquility disini. Eagle telah mendarat." Beberapa jam kemudian, Armstrong melangkah ke permukaan bulan, sambil berseru, "Itu satu langkah kecil bagi [seorang] manusia, satu lompatan raksasa bagi umat manusia." Aldrin segera menyusul, dan keduanya menghabiskan lebih dari dua jam untuk menjelajah, melakukan eksperimen, dan mengumpulkan sampel sebelum kembali ke modul bulan untuk perjalanan kembali ke Bumi. Pendaratan Apollo 11 yang sukses pada 24 Juli 1969, menandai berakhirnya misi dan dimulainya era baru dalam eksplorasi ruang angkasa.
Pendaratan Bulan Berikutnya: Apollo 12 hingga Apollo 17
Keberhasilan Apollo 11 diikuti oleh beberapa misi bulan lainnya, yang masing-masing dibangun berdasarkan penemuan ilmiah dan kemajuan teknis pendahulunya. Apollo 12, yang diluncurkan pada November 1969, berhasil mendarat di wilayah Ocean of Storms dan melakukan eksperimen ilmiah yang ekstensif.
Namun, Apollo 13 menghadapi keadaan darurat kritis saat penerbangan ketika sebuah tabung oksigen meledak dalam perjalanan menuju bulan. Astronot Jim Lovell, Fred Haise, dan Jack Swigert bekerja sama dengan pusat kendali misi di Houston untuk kembali ke Bumi dengan selamat, menjadikan kepulangan mereka yang sukses sebagai bukti kecerdikan dan ketahanan para insinyur NASA.
Apollo 14 hingga Apollo 17 terus menjelajahi berbagai lokasi bulan, membawa pulang sampel berharga dan data ilmiah. Apollo 15 dan 16 memperkenalkan Lunar Roving Vehicle (LRV), unit eksplorasi bergerak yang memungkinkan astronot menempuh jarak lebih jauh dan melakukan survei geologi yang lebih terperinci.
Apollo 17, mendarat berawak terakhir di bulan, berlangsung pada bulan Desember 1972. Komandan Eugene Cernan dan Harrison Schmitt, seorang geolog, menghabiskan lebih dari tiga hari di bulan, melakukan eksperimen dan mengumpulkan sampel, termasuk beberapa batuan bulan tertua yang diketahui. Ketika Cernan melangkah keluar dari bulan, ia meninggalkan jejak kaki yang tetap tidak terganggu hingga hari ini, dan menyatakan bahwa umat manusia akan kembali suatu hari nanti.
Warisan Apollo
Program Apollo berakhir setelah Apollo 17, tetapi warisannya tetap hidup. Program ini memberikan wawasan yang tak tertandingi tentang komposisi, geologi, dan lingkungan bulan. Program ini juga membuka jalan bagi pengembangan teknologi baru yang sejak saat itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, seperti kemajuan dalam komputasi, telekomunikasi, dan ilmu material.
Meskipun tidak ada manusia yang menginjakkan kaki di bulan sejak 1972, program Artemis NASA bertujuan untuk mengembalikan astronot ke permukaan bulan pada tahun 2020-an, dengan fokus pada pembentukan keberadaan yang berkelanjutan di bulan dan persiapan untuk misi masa depan ke Mars.
Pendaratan di bulan tetap menjadi pencapaian yang menentukan di abad ke-20, yang menunjukkan keinginan manusia untuk menjelajahi hal yang tidak diketahui dan mendorong batas-batas dari apa yang mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H