Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Cinta dalam Kegelapan

13 Oktober 2024   21:06 Diperbarui: 13 Oktober 2024   21:16 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Cinta dalam Kegelapan, Sumber: Wallspic)

Di kota terpencil, dikelilingi hutan lebat dan pegunungan yang seolah mengawasi setiap langkah, hiduplah Martia, seorang wanita muda berambut hitam dan bermata penuh kehidupan. 

Terlepas dari kengerian yang mengintai di kegelapan negeri itu, dia selalu menjadi terang dalam kegelapan. Tawanya bergema seperti gema harapan, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun. Ada sesuatu dalam kehadirannya yang menyinari hati yang paling keras sekalipun.

Suatu hari, saat memetik bunga di dekat tepi hutan, Martia bertemu dengan seorang pemuda yang sepertinya muncul dari balik bayang-bayang. Namanya Mario. Dia tinggi, dengan mata yang gelap dan dalam seperti malam itu sendiri. 

Baca juga: Skenario Cinta

Ada sesuatu yang aneh pada dirinya, sesuatu yang tampak seperti manusia, namun meski memiliki aura misterius, Martia langsung merasakan ketertarikan. Tanpa mengetahui alasannya, hati mereka mulai terjalin seolah mereka ditakdirkan untuk bertemu.

Yang tidak diketahui Martia adalah Mario membawa kutukan. Berabad-abad yang lalu, seorang penyihir pendendam telah mengubahnya menjadi makhluk yang dikutuk untuk hidup di antara dunia orang hidup dan orang mati, tidak mampu merasakan panasnya matahari atau dinginnya musim dingin. 

Dia hanya bisa berdiam dalam bayang-bayang, jauh dari cahaya, dan setiap malam tiba, sifat gelapnya semakin kuat. Namun sejak pertama kali dia melihat Martia, keberadaan mengerikannya tersendat. Untuk pertama kalinya setelah berabad-abad, Mario merasakan dorongan untuk melawan kegelapan yang menguasai dirinya.

Martia, setelah mengetahui kebenarannya, tidak melarikan diri, seperti yang dilakukan banyak orang lainnya sebelumnya. Sebaliknya, dia meraih tangan Mario, merasakan dinginnya kulitnya, tapi dia tidak takut. 

Dia tahu bahwa di balik kutukan itu ada seorang pria yang masih bisa mencintai. Bertekad untuk menyelamatkannya, Martia  mulai mencari jawaban di buku-buku kuno dan berkonsultasi dengan orang bijak yang terlupakan di pegunungan. 

Dia menemukan bahwa kutukan itu hanya bisa dipatahkan jika Mario berhasil melawan sifatnya selama satu malam penuh, sementara cinta seseorang membuatnya tetap berlabuh pada kemanusiaan.

Bulan purnama terbit di cakrawala pada malam ketika segalanya akan berubah. Martia dan Mario bertemu di tempat terbuka di hutan, di mana bayangan tampak memanjang dan berputar, ingin melahap Mario sepenuhnya. 

Tubuhnya mulai berubah, berubah menjadi sesuatu yang tidak manusiawi, seekor binatang buas yang mencoba memutuskan rantainya. 

Mata Marío bersinar karena rasa lapar yang luar biasa, namun bahkan dalam wujudnya yang mengerikan, cintanya pada Martia membuatnya terus berjuang.

"Jangan biarkan aku pergi," dia memohon, dengan suara yang terpecah antara makhluk itu dan pria itu.

Martia, dengan air mata berlinang, memeluknya erat. Dia bisa merasakan kegelapan Mario yang berusaha memisahkan mereka, namun cinta mereka lebih kuat dari kutukan apa pun. 

Seiring berjalannya waktu dan malam semakin pekat, Martia tak henti-hentinya membisikkan kata-kata lembut dan janji masa depan bersama, penuh cahaya. Dia merasakan tubuh Mario gemetar, melawan dirinya sendiri, tapi dia tidak pernah melepaskannya.

Makhluk itu menggeram, cakarnya merobek tanah, dan matanya bersinar seperti api di kegelapan. Namun, cinta Martia adalah tamengnya, satu-satunya pertahanannya melawan kutukan. Dengan setiap detak jantungnya, binatang itu melemah, dan lelaki itu kembali mengambil kendali.

Akhirnya, ketika sinar matahari pertama menerobos hutan, kegelapan menghilang sepenuhnya. Mario jatuh ke tanah, menjadi manusia lagi, terengah-engah, tubuhnya dipenuhi keringat dingin. Dia memandang Martia, takut dengan apa yang mungkin dilihatnya dalam dirinya.

Namun di mata Martia yang ada hanyalah cinta. Dia berlutut di sampingnya dan memeluknya, dengan lembut membelai wajahnya.

"Kita berhasil," katanya sambil tersenyum gemetar.

Cinta yang mereka bagi bersama lebih kuat dari kutukan apa pun, lebih kuat dari kegelapan apa pun. Saat itu, Marío tahu bahwa selama Martia berada di sisinya, tidak akan ada bayangan di dunia ini yang dapat menghabisinya lagi.

Maka, di tengah hutan yang telah menyaksikan begitu banyak tragedi, kisah cinta, teror, dan kelembutan menemukan akhir yang bahagia. Marío dan Martia, disatukan oleh ikatan yang tidak bisa dihancurkan, berjalan menuju fajar, meninggalkan kegelapan selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun