Tiba-tiba, tanah di bawah kakinya runtuh, dan dia terjatuh ke dalam kehampaan.
Dia bangun keesokan harinya di tamannya, sinar matahari menyinari wajahnya. Segalanya tampak normal, kecuali satu hal: semak mawar, semak mawar indah yang selalu menemaninya, layu, kering, seolah-olah terkena wabah penyakit. Dia mencoba menyiraminya, merawatnya, tetapi tidak ada yang berhasil. Mawar itu tidak akan pernah kembali.
Isabella paham, pada saat itu, bahwa harga telah dibayar. Kelinci itu tidak pernah kembali, dan sosok dalam bayang-bayang tidak pernah muncul lagi. Namun setiap malam, saat angin bertiup melalui dahan kering, Isabel mendengar bisikan, mengingatkannya bahwa ada batas yang tidak boleh dilewati.
Apa yang akan kamu lakukan jika menggantikan Isabella? Apakah Anda akan menyerahkan kebun Anda atau tetap tinggal di perbatasan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H