Ketika seseorang mulai mempercayai kebohongannya sendiri, mereka memasuki wilayah berbahaya di mana realitas menjadi konsep yang mudah diubah. Hal ini dapat menyebabkan beberapa akibat yang merugikan:Â
1. Erosi Kepercayaan
Saat kebohongan bertambah dan semakin mendarah daging, hubungan mulai rusak. Kepercayaan adalah fondasi dari setiap hubungan yang bermakna, dan jika sudah rusak, akan sulit untuk membangunnya kembali. Jika seseorang berulang kali berbohong dan mulai mempercayai kebohongan tersebut, mereka mungkin akan bertindak berdasarkan kebohongan tersebut, menyebabkan kebingungan, rasa sakit hati, dan pengkhianatan di antara orang-orang terdekatnya.Â
2. Kehilangan Identitas
Kebohongan terus-menerus dapat menyebabkan retaknya harga diri. Ketika narasi hidup seseorang dibangun diatas kebohongan, identitas aslinya terkubur di bawah lapisan penipuan. Hal ini dapat menyebabkan krisis di mana individu tidak lagi mengetahui siapa dirinya sebenarnya.Â
3. Tekanan Psikologis
Mempertahankan jaringan kebohongan melelahkan secara mental dan emosional. Ketika kebohongan semakin kompleks, maka diperlukan pula upaya untuk menjaga konsistensinya. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan, stres, dan bahkan depresi, karena individu tersebut berjuang untuk mengikuti apa yang telah mereka ciptakan.
4. Isolasi Sosial
Ketika kebohongan terungkap, atau ketika kesenjangan antara kenyataan dan persepsi individu menjadi terlalu besar, hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial. Teman, keluarga, dan kolega mungkin menjauhkan diri, tidak mau berinteraksi dengan seseorang yang versi realitasnya sangat berbeda dengan versi mereka.Â
Menyadari Kebenaran
Saat berhadapan dengan seseorang yang terjerat dalam kebohongannya sendiri, sangat penting untuk menghadapi situasi tersebut dengan hati-hati. Konfrontasi sering kali dapat mengarah pada sikap defensif dan semakin mengakar dalam keyakinan salah mereka.