Seberapa banyak yang anda ketahui tentang Kerajaan Mesir kuno? Tahukah anda bahwa raja Mesir ada yang menikahi saudaranya sendiri? Temukan kisah nyata dari perjalanan hidup raja Tutankhamun dan istrinya Ankhesenamun.
Di tengah perjalanan waktu, Mesir kuno menyimpan kisah-kisah yang terus memesona para sejarawan dan penggemarnya. Salah satu tokoh paling ikonik pada periode ini adalah Tutankhamun, yang dikenal karena makam utuhnya yang ditemukan pada tahun 1922. Namun, di luar harta karun dan misteri kematian dininya, kehidupan pribadi firaun muda ini juga mengandung unsur intrinsik yang sama menawannya, khususnya yang berkaitan dengan istrinya, Ankhesenamun.
Ankhesenamn, awalnya disebut Ankhesenpaatn, dilahirkan dalam keluarga kerajaan sebagai salah satu dari enam putri Akhenaten dan Nefertiti, pasangan kerajaan yang merevolusi agama Mesir dengan mendirikan kultus monoteistik dewa Aten. Periode perubahan agama dan politik ini adalah salah satu periode paling bergejolak dalam sejarah Mesir, yang menjadi latar belakang dramatis bagi masa kecil Ankhesenamun dan akhirnya pernikahannya.
Ankhesenamun dan Tut menikah muda, dan dia mengambil peran sebagai Istri Kerajaan Agung di usia muda. Praktik menikah dalam keluarga kerajaan bukanlah hal yang aneh di Mesir kuno, demi menjaga kemurnian garis keturunan. Meskipun kebiasaan ini mungkin tampak aneh atau bahkan tidak dapat diterima menurut standar masa kini, pada saat itu kebiasaan ini merupakan norma yang mapan dan diterima.
Selama masa pemerintahannya, Tutankhamun berusaha memulihkan tradisi keagamaan yang telah digantikan ayahnya, sebuah tugas yang melibatkan pembaruan hubungan dengan pendeta Amun dan membangun kembali aliran sesat politeistik. Ankhesenamun, seperti istrinya, memainkan peran penting dalam upaya restorasi ini, meskipun rincian spesifik mengenai pengaruh dan partisipasi langsungnya masih langka.
Pasangan kerajaan tersebut tidak memiliki anak yang masih hidup, sebagaimana dibuktikan dengan dua janin mumi yang ditemukan di makam Tutankhamun, menunjukkan bahwa Ankhesenamun mengalami setidaknya dua kali keguguran. Tragedi pribadi ini menambah lapisan kesedihan dalam kehidupan singkat ratu dan suaminya, yang meninggal dalam usia muda.
Setelah kematian Tutankhamun pada usia sembilan belas tahun, nasib Ankhesenamun menjadi semakin misterius. Ada bukti bahwa dia mungkin menikah dengan Ay, kakeknya, dalam upaya putus asa untuk tetap berkuasa dalam struktur istana, namun nasib akhirnya tidak pasti.Â
Tidak ada makam yang ditemukan yang dapat diidentifikasi secara pasti sebagai miliknya, dan kisahnya, seperti banyak makam lainnya pada masa itu, berakhir dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
Kisah Ankhesenamun mengingatkan kita pada kompleksitas kehidupan di Mesir kuno dan peran perempuan dalam melanggengkan garis keturunan kerajaan. Meskipun sebagian besar hidupnya masih diselimuti misteri, kisahnya tetap menjadi bukti menarik akan sejarah yang kaya dan rumit dari salah satu peradaban yang paling banyak dipelajari di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H