Meskipun versi Cinderella yang paling terkenal adalah versi Eropa, variasi cerita ini ada dalam budaya di seluruh dunia. Misalnya, di Afrika ada versi yang disebut "Chinye", dan di Filipina dikenal dengan "Mariang Alimango". Versi-versi ini menunjukkan universalitas tema pelecehan, harapan dan penebusan.
Meskipun berbagai versi cerita Cinderella memiliki unsur-unsur yang sama, seperti penindasan terhadap seorang gadis muda oleh keluarganya, intervensi magis, dan sepatu sebagai elemen kuncinya, asal usulnya tampaknya tidak didasarkan pada orang nyata tertentu. Sebaliknya, Cinderella tampak sebagai karakter fiksi, sebuah arketipe yang telah berkembang selama berabad-abad, menyerap unsur-unsur dari budaya yang berbeda dan mencerminkan nilai-nilai dan keprihatinan masyarakat yang telah mengadopsi dan mengadaptasinya.
Kesimpulannya, Cinderella bukanlah tokoh sejarah nyata, melainkan tokoh fiksi yang telah direnovasi dan diciptakan kembali selama berabad-abad, sehingga mencerminkan perubahan budaya dan sosial dari era yang telah dilaluinya. Kisahnya, jauh dari sekedar narasi hiburan sederhana, merupakan mosaik budaya yang kaya yang menawarkan jendela ke dalam tradisi, kepercayaan, dan harapan umat manusia sepanjang sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H