Melalui kajian dan pengalaman tersebut, jelas terlihat bahwa mimpi bukan semata-mata bidang penglihatan. Orang yang buta sejak lahir bermimpi dengan cara yang kaya dan beragam, menggunakan indra mereka yang lain untuk membangun dunia mimpi yang nyata dan bermakna seperti mimpi visual. Eksplorasi ini mengingatkan kita akan kemampuan otak manusia yang luar biasa untuk beradaptasi dan menciptakan pengalaman yang bermakna, terlepas dari keterbatasan sensoriknya.
Mimpi, pada intinya, mencerminkan rasa kemanusiaan kita bersama, menunjukkan bahwa, terlepas dari perbedaan kita, kita semua memiliki kemampuan untuk menjelajahi, merasakan, dan mengalami dunia di luar realitas kita sehari-hari.
Keingintahuan yang menarik tentang mimpi orang buta adalah meskipun mereka tidak dapat melihat gambar, banyak dari mereka melaporkan mengalami mimpi sadar lebih sering daripada orang yang dapat melihat. Dalam mimpi jernih, si pemimpi sadar bahwa ia sedang bermimpi dan sering kali dapat mengendalikan beberapa aspek mimpinya. Hipotesisnya adalah peningkatan kesadaran sensorik dan adaptasi terhadap kebutaan dapat memfasilitasi kemampuan yang lebih besar untuk menyadari bahwa mereka berada dalam mimpi, memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi dan memanipulasi dunia mimpi dengan cara yang jarang dialami oleh orang yang dapat melihat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H