Mohon tunggu...
Nadya Yasmine Khaerunnisa
Nadya Yasmine Khaerunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

Seorang mahasiswa yang senang mengeksplorasi. Tertarik terhadap berbagai isu dan ingin menyumbangkan sudut pandang nya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menilik Akhir dari Sesajen

13 Juli 2024   14:02 Diperbarui: 13 Juli 2024   14:05 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Arsip pribadi I Nengah Wirajana

"Karena kita tidak disibukkan oleh pekerjaan rutin saat pandemi. Akhirnya kita sadar, sepertinya ada cara untuk ikut memecahkan masalah lingkungan," tutur Nengah.

Kesenangannya dalam berkebun, menjadi motivasi terbesar Nengah untuk membuat biopori. Pupuk yang dihasilkan dari biopori digunakan untuk menyuburkan tanaman sayur hingga tanaman hias di rumahnya. Oleh karena itu, Nengah dan keluarganya mengumpulkan sampah sisa makanan dan sesajen (canang) di lubang biopori agar timbunan sampah organik dari tidak menumpuk.

Aktivitas spiritual di Bali tidak hanya menyisakan sampah organik dari  janur dan bunga, tetapi juga buah-buahan. Lungsuran buah dan makanan lainnya, biasanya akan dimakan oleh masyarakat setelah persembahan. Tidak terkecuali Nengah, dirinya gemar memakan buah lungsuran.

Kulit dari buah segar yang dimakan, kemudian diolahnya menjadi eco enzyme. Apabila lungsuran buah sudah terlanjur busuk, maka akan diolah menjadi biopori. Tak hanya kulit buah, tetapi sayur-mayur sisa masakan pun dapat disulap menjadi cairan fermentasi ini.

"Bahan organik ini dicampurkan dengan karbohidrat, bisa dari gula pasir, gula aren, atau lainnya. Juga, tambahkan air. Komposisinya 3 untuk buah atau sayuran segar, 1 gula, 10 air. Campuran fermentasi ini nanti diletakkan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung selama 3 bulan," jelas Nengah, menuturkan langkah-langkah untuk membuat eco enzyme.

Pengelolaan biopori dan eco enzyme yang Nengah tekuni selama 4 tahun terakhir, mengurangi sampah yang dihasilkan oleh rumah tangganya secara signifikan. Selain mengurangi sampah organik, kedua produk rumah tangga ini juga dimanfaatkan dalam aktivitas sehari-hari. 

Asam organik dan alkohol yang terkandung dalam eco enzyme dapat dimanfaatkan sebagai pembunuh kuman. Oleh karenanya, eco enzyme dapat dimanfaatkan menjadi hand sanitizer, campuran air bak mandi, berkumur, hingga sabun untuk memandikan hewan peliharaan. Selain itu, eco enzyme juga dapat digunakan untuk membersihkan lantai rumah.

"Kalau kita pakai eco enzyme itu untuk ngepel lantai, anjing dan kucing di rumah jadi tidak berani ngompol lagi di tempat itu. Soalnya, mereka tidak suka baunya," cerita Nengah.

Tidak hanya pada lantai rumah, Nengah juga menyebut bahwa eco enzyme dapat disiramkan pada rumput di halaman rumah. Hal ini biasanya dilakukan untuk mencegah hewan peliharaan buang air sembarangan di sana. Eco enzyme dapat dituang ke tanah dan air, ataupun disemprotkan ke udara. 

"Dengan membuang eco enzyme ke tanah, dia akan memperbanyak jumlah mikroba baik di tanah. Sehingga tanah itu menjadi subur, ke air juga begitu," jelas Nengah.

Eco enzyme yang berbentuk cair dapat membunuh kuman dan membersihkan rumah. Sementara itu, eco enzyme berbentuk padat dan kering bisa dimanfaatkan sebagai obat nyamuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun