Mohon tunggu...
Pena Kecil
Pena Kecil Mohon Tunggu... Lainnya - Pena Kecil

Sebuah karya yang dapat menghibur dan menginspiratif.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kripik Pisang

18 November 2024   17:10 Diperbarui: 18 November 2024   17:17 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/Vrftx3hVXoiYpd97A

Gilang sangat senang karena setelah kakak baik tadi membeli dagangannya, seketika banyak pembeli lain datang membeli kripik pisang yang Ia bawa. Hari pun semakin sore, hari ini Gilang pulang lebih cepat. Namun sesampainya di rumah Ibunya belum pulang, mungkin dagangannya masih banyak dan Gilang pun lekas bersih-besih.

Jarum jam terus berputar dan langit pun sudah semakin gelap, tidak biasanya Ibu pulang terlambat. Gilang pun segera salat isya dan kembali menunggu diruang tengah. Sesekali Ia membuka pintu untuk mengecek Ibunya namun sudah jam 10 malam Ibunya tak kunjung pulang.

“tok, tok, tok. Assalamualaikum, Assalamualaikum. Gilang, gilang” suara keras dengan nada panik dari mulut seorang bapak-bapak terdengar di balik pintu.


Gilang pun langsung membuka pintu dan terlihat pak RT dan beberapa warga lainnya datang kerumah, namun diantara mereka tidak terlihat Ibunya berdiri.


“waalaikumsallam, kenapa Pak RT. Mau cari Ibu ya? Ibu belum pulang Pak, Gilang saja sedang menunggu Ibu” jawab Gilang.

“Gilang kamu yang sabar ya, saat ini Ibu mu sedang ada di Rumah Sakit. Ibu tadi ditabrak mobil” kata Pak RT sambil mengelus kepala Gilang.


Gilang kaget dan sedih setelah mendengar bahwa Ibu yang Ia tunggu ternyata sedang terluka di Rumah Sakit. Pak RT pun mengantar Gilang ke Rumah Sakit untuk menemui Ibunya. Sesampainya di sana, Gilang nangis dengan kejer melihat Ibunya sudah ditutupi kain putih.

“dokter Ibu kenapa, tolong sembuhin Ibu dok” ucap Gilang sambil memohon kepada seorang dokter.

“Pak, Ibu kenapa ditutup kain putih Pak. Ibu baik-baik aja kan pak. Pak RT jawab Gilang Pak” ucap Gilang sambil memegang tangan Pak RT.


Semua orang di sekeliling Gilang seketika terdiam sekejap dan seketika Pak RT berbicara dengan lembut pada Gilang.

“Gilang yang ikhlas dan sabar, Allah sayang sama Ibu. Ibu sudah tidak merasakan sakit, Gilang jangan sedih ya. Tugas Gilang saat ini berdoa kepada Allah ya” ucap Pak RT sambil mengelus kepala Gilang. 


Gilang pun tahu bahwa Ibunya saat itu sudah tidak bisa bangun kembali, namun Gilang sangat sedih dan terus menangis karena di dunia ini Ia tak punya siapa-siapa lagi selain Ibunya. Gilang pun duduk di lorong rumah sakit sambil menangis, sementara Pak RT berbicara dengan seseorang.

Semalaman Gilang berada di Rumah Sakit dan esok paginya jasad Ibu bisa dibawa pulang. Pak RT dan semua warga membantu melakukan proses pemakaman Ibunya Gilang sampai selesai. Setelah pulang dari pemakaman Ibu, Pak RT dan seorang laki-laki menghampiri Gilang.

“kakak, sepertinya kita pernah bertemu. Kakak yang waktu itu membeli kripik pisangku kan?” tanya Gilang dengan menyembunyikan kesedihannya.

“iya dek, kamu masih ingat saja. Sebelumnya kakak turut berduka cita ya” ucap lelaki itu.

“jadi begini Gilang, kakak ini namanya Ka Dito. Ia ini salah satu dokter di Rumah Sakit, kemarin dokter Dito tidak sengaja melihat kamu menangis di lorong rumah sakit dan setelah bapak menjelaskan semuanya, dokter Dito ingin mengajak Gilang tinggal bersamanya” ucap Pak RT.

“Ia Gilang yang dikatakan Pak RT benar. Gilang mau kan tinggal sama kakak? Sebenarnya kakak tinggal sendiri, orang tua kakak sudah lama meninggal dan sekarang kakak sama seperti Gilang” kata Kak Dito.

“tapi.. kenapa Kak Dito mau mengajak Gilang tinggal bersama, kita saja baru dua kali bertemu” tanya Gilang.

“sebenarnya sebelum kakak membeli kripik pisangmu, kakak sudah memperhatikanmu. Kerja keras, keramahan dan senyumanmu mengingatkan kakak dengan kedua orang tua kakak. Dan karena kamu juga orang yang sangat baik maka kakak memutuskan untuk mengajak Gilang tinggal bersama kakak. Bagaimana? Kakak berharap Gilang tidak menolak ajakan kakak ya” ucap Kak Dito.


Karena perkataan Pak RT dan orang-orang sekitar yang meyakinkan, Gilang pun menerima ajakan Kak Dito. Keesokannya Gilang pun tinggal bersama Ka Dito dan kehidupan Gilang kini telah berubah. kripik pisang memang hanya sebuah makanan namun kripik pisang Ibu membuat semuanya berubah dan menjadi kenangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun