Ana pun bergegas menganti baju dan makan. Setelah makan Ana langsung mengerjakan tugas yang diberikan Bu guru tadi.Â
"loh kamu kenapa Ana, ngerjain tugas kok sambil senyum-senyum" tanya Nenek dengan raut muka yang bingung.Â
Karena penasaran, nenek pun menghampiri cucu kesayangannya.
"ohh.. jadi Ana ingin menjadi guru, jika sudah besar nanti, kirain Nenek ada yang lucu dari tugasnya. Memangnya kenapa Ana ingin menjadi seorang guru?"Â tanya Nenek.
"Jika nanti Ana menjadi guru, semua orang di kampung ini tidak ada lagi yang tidak sekolah nek, terus Ana nanti ingin seperti Ibu Naila. Selain cantik dan pintar, Naila akan mengajarkan anak-anak sampai mereka mengerti. Oh ya nek Bu Naila sering sekali loh menolong Ana, Bu Naila sangat baik" jawab Ana.
"kalau seperti itu Ana harus rajin belajar dan sekolah hingga tinggi, supaya cita-citanya dapat tercapai. Tapi Ana, jika nanti kamu sudah menjadi seorang guru, kamu harus bertanggung jawab ya. Ana juga harus sabar dan adil memberikan perhatian dan menilai semua anak murid Ana nanti" kata Nenek yang menasehati cucu kesayangannya.
"tapi Nek, kenapa ya beberapa guru ada yang galak. Kalau nanti Ana jadi guru nanti Ana gak akan galak seperti Bu Jenar"Â cetus Ana sambil mengerjakan tugasnya.
Bu Jenar merupakan salah satu guru di sekolah Ana, Ia seorang guru Matematika.
"Utss, Ana tidak boleh bicara seperti itu. Bu Jenar waktu itu marahkan karena Ana dan teman-teman tidak mengerjakan PR" kata Nenek.
"Iya nek, waktu itu Ana yang salah" jawab Ana dengan raut wajah menyesal.
Ana pun melanjutkan tugasnya dan nenek kembali pada aktivitasnya. Keesokan hari, Ana melakukan rutinitas belajar di sekolah seperti biasa. Sebelum mulai pelajaran Bahasa Indonesia Ana tidak lupa mengembalikan payung milik Bu Naila.Â
"Bu Naila, terima kasih payungnya. Berkat ibu Ana kemarin tidak kehujanan dan selamat sampai rumah" kata Ana sambil memberikan payung.