Mohon tunggu...
Nad Nadia
Nad Nadia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kaligrafi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penciptaan Alam Semesta

25 Juni 2024   15:00 Diperbarui: 25 Juni 2024   15:03 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Para filosof Islam berpendapat bahwa penciptaan (al-khalq/creation) sebenarnya adalah suatu proses yang lahir daripada konsep akibat yang semestinya, melalui tindakan berfikir yang dilakukan oleh pencipta maka alam sebagai objek pikiran Pencipta wujud yang semestinya. Teori emanasi ini menjelaskan bahwa alam ini abadi (qadim/eternal). Filosof Islam pertama yang dipandang memperkenalkan teori ini adalah al-Farabi. Menurutnya, alam semesta ini dijadikan secara melimpah (al-faidh), teori ini diambil dari Neo-Platonisme yang mengatakan bahwa alam ini terjadi karena limpahan dari yang Esa.Wujud pertama yang melimpah adalah satu yakni akal. Dengan demikian, keanekaan alamiah itu tidak secara langsung dimulai dari Tuhan. Tetapi dari akal pertama yang melimpah mengandung keanekaan potensial sebagai sebab langsung bagi keanekaan aktual di alam empiris. Berdasarkan teori ini, Tuhan terpelihara keutuhan zat-Nya dari keanekaan, karena Tuhan bukan langsung dari wujud empiris.

Teori yang dikemukakan al-Farabi ini adalah untuk menjelaskan hakikat-hakikat yang terlibat dalam proses emanasi. Hakikat- hakikat tersebut dijelaskan dalam uraian prinsip-prinsip kewujudan. Al-Farabi membagi prinsip-prinsip ini kepada kewujudan yang bukan jisim dan kewujudan yang berada di dalam jisim. Jisim-jisim tidaklah dengan sendirinya dianggap sebagai prinsip kewujudan. 

Sebelum al-Farabi, filosof Islam pertama adalah al-Kindi. Ia tidak mengutarakan teori yang berbeda antara ahli teologi tentang kejadian alam. Pemikiran al-Kindi dalam bidang teologi sejalan dengan pemikiran Mu'tazilah. Menurut al-Kindi, alam ini baharu, tidak abadi. Alam diciptakan oleh Allah. Al-Kindi menggunakan kata-kata ibda untuk menjelaskan proses penciptaan alam. Dalam hal ini, Sayyed Hussein Nashr berpendapat walaupun al-Kindi telah melahirkan perspektif baru dalam dunia intelektual Islam namun al-Farabilah yang telah meletakkan filsafat Islam di atas asas yang lebih kuat dan kokoh.

Berbeda dengan al-Kindi, filosof Islam Ibnu Maskawaih juga menjelaskan tentang proses terjadinya alam. Menurut Ibnu Maskawaih, Allah menciptakan alam melalui proses emanasi. Emanasi yang dipahami oleh Ibnu Maskawaih adalah entitas pertama yang memancar dari Allah yaitu "aqal fa'al" (akal aktif). Akal aktif ini tanpa perantara sesuatupun. Ia qadim, sempurna dan tidak berubah. Dari akal aktif, timbullah jiwa dan dari perantaraan jiwa timbul planet (al-falak). Pelimpahan yang terus menerus dari Allah dapat memelihara tatanan di dalam alam ini. 

Selain Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina juga membahas tentang teori emanasi. Proses emanasi yang diajukan oleh Ibnu Sina didasarkan karena dalam al-Qur'an tidak ditemukan informasi yang rinci tentang penciptaan alam dari materi yang sudah ada atau dari tiada. 

Ibnu Sina memberikan corak yang berlainan dari teori emanasi yang diajukan oleh Ibnu Maskawaih. Corak emanasi yang diajukan Ibnu Sina adalah dari Tuhan akan memancar intelegensi (akal) pertama, dari akal pertama memancar akal kedua dan langit pertama; demikian seterusnya hingga sampai kepada memancarnya akal kesepuluh dan bumi. Dari akal kesepuluh akan melimpah segala sesuatu yang terdapat di bumi.

                    Penutup

 Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa alam semesta menurut al-Quran diciptakan Allah namun tidak dijelaskan secara rinci apakah diciptakan dari sesuatu atau materi yang sudah ada atau dari ketiadaan (nihil). Proses penciptaan alam juga mengalami perkembangan secara gradual (tadrij) sesuai dengan sunatullah. Dari sinilah muncul banyak penafsiran yang berbeda di kalangan mufasir, khususnya para teolog dan filosof.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun