Sinopsis
Novel ini meceritakan tentang perjuangan para aktivis mahasiswa UGM pada tahun 90-an, yang berkeinginan untuk mengubah negeri ini menjadi lebih baik.Â
Pada saat itu, Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang otoriter. Para petinggi banyak yang melakukan KKN, pers dikuasai oleh pemerintah, rakyat benar-benar harus tunduk terhadap pemerintah, dan yang paling penting adalah para aktivis dibungkam dan disiksa untuk tidak menyuarakan keingin mereka, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.Â
Novel ini bertutur kisah keluarga yang kehilangan anak, kakak, kekasih, suami, dan saudara mereka pada tahun 1998. Novel ini juga menceritakan betapa kuatnya persahabatan para aktivis mahasiswa UGM yang merasakan kekosongan di dada dan rasa menyesal "mengapa bukan saya yang mereka bunuh?".Â
Dan Para sekelompok rezim yang gemar menyiksa dan berkhianat dengan teman sendiri. Walaupun novel ini berkisah tentang perjuangan, namun penulis tetap menyisipkan kisah romantis antara Laut dan Anjani, serta Asmara dan Alex. Kisah mereka benar-benar membuat para pembaca tertawa dan geleng-geleng kepala karena kelakuan pasangan itu.Â
Para aktivis mahasiswa UGM yang bergabung dalam winatra dan wirasena menjadi sasaran empuk pemerintah untuk disiksa, agar mereka berhenti melakukan perbuatan yang dapat mengancam kedudukan Presiden Soeharto. Namun, karena para aktivis ini memiliki pemikiran yang terbuka dan kritis, mereka tidak kenal takut dan pantang menyerah, bahkan ketika nyawa mereka terancam sekalipun.
Kelebihan Buku
Bagi para mahasiswa, buku ini sangat menarik dan bermanfaat untuk dibaca. Novel ini mampu membuka wawasan kita terhadap dunia kesusastraan, seperti adanya puisi-puisi karya Pramoedya Ananta Toer, Rendra, dan masih banyak lagi. 13 orang yang hilang bukan sekedar angka, tetapi pembuktian bahwa kasus ini belum dituntaskan. Setiap kata yang tertulis di setiap halaman membuat para pembaca ikut merasakan emosi.Â
Rasa sedih, kesal, lucu, dan romantis tercampur aduk menjadi satu. Novel Laut Bercerita mampu membuat para pembaca membuka pikirannya terhadap negeri ini, bahwa kita tidak bisa diam saja apabila para petinggi negara menguasai negeri ini tanpa memikirkan rakyatnya. Walaupun akhir cerita ini menyedihkan, pembaca sangat bangga terhadap ide gagasan yang dituangkan penulis dengan begitu indah.
Kekurangan Buku
Terdapat beberapa kata di novel ini yang masih memiliki kesalahan dalam ejaan, seperti kata "praktek" yang seharusnya "praktik", kata "menganalisa" yang seharusnya "menganalisis", dan lain-lain. Pemborosan kata pun tak luput dari novel ini. Beberapa dialog dalam novel ini diselipkan dengan bahasa Jawa tanpa memberikan penjelasan mengenai arti dari kosa kata bahasa Jawa tersebut, sehingga membuat pembaca kurang mengerti apa yang sedang para tokoh bicarakan.