Kita kerap kali disibukkan oleh isu-isu yang sebenarnya kita tidak terlalu paham. Memaksa diri memasuki dunia yang bahkan kita tidak kenal sama sekali.
Seolah memakai kacamata kuda, saat itu kita tidak melihat ke kiri dan kanan, hanya lurus. Padahal, antara kiri dan kanan pun sama pentingnya untuk diperhatikan dan dimengerti.
Diantara milyaran yang terjadi di dunia ini, yang paling sering dilupakan manusia adalah untuk mengerti pada dirinya sendiri.
Manusia, atau aku, terkadang tidak mengetahui apa yang sebenarnya aku inginkan. Sebegitu tidak pekanya kita terhadap isu yang ada pada pantulan cermin.
Banyak pikiran-pikiran gila menyambangi ketika kita larut dalam sebuah renung. Mengusahakan untuk mengenal lebih dalam, apa dan siapa diri ini. Apa yang benar-benar diinginkan? Atau menjadi siapa sebenarnya yang kita mau? Â Bahkan terlalu rumit jika harus dijabarkan menggunakan rumus 5W+1H yang selalu diajarkan oleh guru bahasa.
Kerap kali, mati menjadi keinginan yang kuat. Tapi ada yang mengatakan, "Jangan menjemput sebelum dijemput oleh ajal." Atau yang paling baru mengatakan, "Jangan mati, setidaknya jangan hari ini."
Lalu, lagi-lagi akan ada yang mempertanyakan apa itu pengertian dari sebuah kehidupan.
Sampai disini, kita masih tetap setuju kan, bahwa masih terlalu banyak hal yang harus dimengerti?
Tidak semudah kita memahami bahasa kucing yang hanya dengan mengeong kita tahu kalau ia sedang lapar. Atau seperti tangisan bayi yang menuntut digantikan popoknya.
Mari menganggap kehidupan adalah sebuah fase pendekatan pada calon kekasih. Berusaha untuk mencari tahu setiap hal yang disukai atau tujuan untuk tetap hidup terlebih dahulu.
Karena, semakin dewasa maka akan semakin banyak yang berubah, banyak yang penting untuk diperhartikan sampai yang terkecil sekalipun.