Mohon tunggu...
nadira zahira
nadira zahira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

people leave you, Allah doesn't

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Learning Loss sebagai Tantangan Pendidikan Pasca Pandemi

1 November 2022   21:32 Diperbarui: 6 November 2022   10:33 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagaimana mengatasi learning loss?

Pada dasarnya, seluruh elemen pendidikan harus berkontribusi aktif untuk mengatasi learning loss yang terjadi pasca pandemi. Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi learning loss yang terjadi pasca pandemi adalah dengan menetapkan kurikulum merdeka sebagai kurikulum baru di Indonesia. Kurikulum merdeka pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari kurikulum darurat saat pembelajaran jarak jauh masih berlangsung. Dalam implementasinya, kurikulum merdeka memfokuskan pada konsep merdeka belajar. Dimana siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengeksplor segala materi esensial dalam pembelajaran. Tidak hanya itu metode serta model pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh tenaga pendidik juga bervariasi. Dalam kurikulum merdeka belajar ini, siswa tidak diberikan batasan ruang untuk belajar dimana saja. Artinya melalui metode belajar kreatif yang dihadirkan oleh guru, mampu mendorong siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran lebih baik lagi.

Selain kurikulum yang berperan penting dalam pemulihan proses belajar siswa, peran tenaga pendidik juga sangat besar dalam rangka pemulihan kemampuan belajar siswa selama pembelajaran tatap muka berlangsung. Mengingat saat pelaksanaan PJJ guru dan siswa terbatas oleh ruang dan waktu, dalam pelaksanaan PTM ini pertemuan secara langsung antara guru dan siswa selama proses pembelajaran menjadi hal yang positif. Tenaga pendidik harus adaptif dalam situasi transisi ini. Guru bisa mengimplementasikan proses pembelajaran yang terdiferensiasi (pembelajaran yang memperhatikan level kemampuan siswa) dengan memberikan siswa stimulus berupa asessmen atau tugas yang harus dikerjakan siswa. Dalam hal ini, guru membiarkan siswanya untuk mandiri dalam belajar dan mengeksplor segala materi yang dipelajari. Selain itu, guru bisa memadukan metode pembelajaran selama PJJ dengan memanfaatkan berbagai teknologi dan aplikasi yang tepat dan dirasa efektif dalam memperbaiki proses pembelajaran selama PTM berlangsung.

Dalam menjalankan perannya sebagai tenaga pendidik khususnya di tengah masa transisi yang menyebabkan learning loss terhadap siswa, seorang guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kompetensi akademik yang berkualitas tetapi juga memiliki kompetensi afektif yang mendorong keefektifan proses pembelajaran siswa selama PTM. Salah satu kompetensi afektif yang harus dimiliki oleh guru adalah efikasi diri atau efikasi kontekstual guru (self efficacy dan contextual efficacy). Efikasi diri diartikan sebagai keyakinan guru terhadap keefektifan kemampuannya sendiri dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para siswa (Surachman, 2017 : 78). Guru harus memiliki keyakinan atas kompetensi akademik  yang ia miliki untuk mendorong siswa dalam mengikuti pembelajaran. Jika guru yakin akan kemampuan yang ia miliki, selama proses transfer informasi atau ilmu kepada siswa tentunya akan membuat siswa lebih mudah memahami materi yang dijelaskan. Ditambah lagi jika guru tersebut memiliki cara-cara yang menyenangkan untuk menarik minat siswa terhadap materi pembelajaran. Kemudian efikasi kontekstual guru diartikan sebagai kemampuan guru dalam berurusan dengan keterbatasan faktor diluar dirinya ketika ia mengajar (Surachman, 2017 : 78). Keyakinan guru dalam mengajar tidak hanya dalam bentuk kompetensi akademik atau penyajian materi didepan kelas saja tetapi juga bagaimana seorang guru mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi selama pembelajaran. Misalnya dalam aturan kurikulum merdeka terbaru, siswa dibebaskan untuk belajar di seluruh lingkungan sekolah. Tempat belajar siswa tidak hanya terbatas di dalam kelas saja. Dalam implementasinya, seorang guru harus bisa memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai tempat belajar siswa agar memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplor materi diluar kelas dan tujuannya juga agar siswa tidak merasa bosan belajar di dalam kelas.

Dengan memanfaatkan ruang terbuka untuk tempat belajar, guru bisa memberikan model pembelajaran yang dirancang menyenangkan untuk siswa. Misalnya dengan dibalut games atau permainan selama proses pembelajaran. Atau bisa menggunakan kuis dengan pertanyaan-pertanyaan yang menarik siswa untuk aktif di dalam proses pembelajaran. Guru juga bisa mengajak siswa untuk berkolaborasi dengan teman sekelasnya. Misalnya dengan membuat assesmen atau tugas kelompok. Hal ini mendorong siswa untuk berinteraksi dengan teman-temannya di kelas. Mengingat sejak pandemi tidak hanya siswa dan guru  yang dibatasi ruang dan waktu tetapi juga antara siswa di dalam kelas jarang sekali berinteraksi secara langsung. Melalui proses pembelajaran yang diarahkan pada kerjasama antar kelompok bisa mengembalikan kompetensi siswa dalam berdiskusi dan mengemukakan pendapatnya.

Kesimpulan

Masa transisi dari sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi sistem pembelajaran tatap muka (PTM) pasca pandemi mengakibatkan terjadinya learning loss terhadap siswa. Penyebabnya adalah karena keterbatasan ruang selama PJJ berlangsung yang menyebabkan minimnya pengawasan guru kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian adanya ketimpangan digital selama PJJ dimana tidak semua siswa memiliki akses yang sama untuk mengikuti pembelajaran. Siswa yang jenuh akan materi yang dipaparkan selama proses pembelajaran juga menjadi penyebab terjadinya learning loss. Karena materi yang diberikan menggunakan metode ceramah, siswa menjadi jenuh dan tidak tertarik dengan materi yang dijelaskan. Learning loss yang dirasakan selama sistem pembelajaran tatap muka berlangsung adalah kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, kebingungan siswa ketika mengemukakan pendapatnya di kelas, serta kebiasaan-kebiasaan siswa dalam mengelola dan mencerna materi pembelajaran yang dinilai terlalu mengandalkan internet. Pada akhirnya, berbagai solusi harus diberikan untuk memulihkan pendidikan di Indonesia khususnya masalah learning loss yang dialami oleh siswa. Beberapa kebijakan telah ditetapkan salah satunya adalah dengan menetapkan kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka belajar. Dengan kurikulum merdeka belajar diharapkan segala kegiatan atau aktivitas pembelajaran yang berorientasi pada siswa ini mampu mengembalikan minat atau motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tidak hanya dalam pembuatan kebijakan, tetapi implementasi dari terbentuknya kurikulum merdeka belajar juga penting untuk memulihkan masalah learning loss ini. Salah satunya dengan mengintervensi tenaga pendidik untuk bisa adaptif dalam mengelola proses pembelajaran di dalam kelas. Artinya seluruh elemen pendidikan punya peran aktif dalam rangka memulihkan masalah learning loss yang dialami oleh siswa akibat dari proses pembelajaran jarak jauh selama pandemi.

Daftar Pustaka

Surachman. (2016). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Labsos UNJ

Surachman. (2017). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Labsos UNJ

Maulyda, dkk. (2021). Analisis Situasi Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19 Di Sdn Senurus: Kemungkinan Terjadinya Learning Loss. Journal of Elementary Education. Vol.4 No.3. Hlm.328-336.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun