Mohon tunggu...
Nadira Permatarayni Balga
Nadira Permatarayni Balga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sastra Jepang Universitas Andalas 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Randai, Seni Teater Unik Khas Adat Minangkabau

10 Maret 2021   23:44 Diperbarui: 11 Maret 2021   00:52 5175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni Pertunjukan Randai

Dalam adat Minangkabau, terdapat banyak kebudayaan yang bisa ditelusuri dan dipelajari. Secara umum, sebagian dari kita hanya mengetahui sedikit dari banyaknya kebudayaan yang ada di Minangkabau.

Seperti Tari Piring, alat musik Talempong, rumah adat Rumah Gadang, dan lain-lain yang memang dipelajari secara umum bagi sebagian orang. Tetapi nyatanya, kebudayaan yang ada di Minangkabau tidak sesedikit itu. 

Ada Baralek (upacara pernikahan), upacara Turun Mandi (pemberkatan bayi), Maanta pabukaan (mengantar makanan untuk ibu mertua saat Ramadan), dan masih banyak lagi. Salah satunya yang akan dibahas kali ini adalah kesenian Randai. Mungkin bagi masyarakat asli Minangkabau sudah tidak asing lagi dengan kesenian Randai, tetapi bagaimana dengan masyakarat di luar daerah Sumatera Barat yang masih asing dengan kesenian Randai?

Randai merupakan seni pertunjukan teater dalam kebudayaan Minangkabau. Randai ini juga bisa dikategorikan ke dalam permainan tradisional Minang. Dalam Randai, sekelompok pemain akan berdiri membentuk lingkaran kemudian berjalan perlahan-lahan. Hampir sama seperti teater pada umumnya, Randai juga diiringi dengan musik, tarian, dan drama. 

Pembedanya adalah tarian dalam Randai dimainkan dengan unsur gerakan silek (silat). Konon, disebutkan seni pertunjukan ini berasal dari perguruan silat di Sumatera Barat. 

Hal tersebut yang mungkin menyebabkan tarian dalam Randai ini meggunakan gerakan silat. Namun, sampai sekarang masih belum ada asal usul pasti mengenai permainan Randai. 

Beberapa dugaan mengatakan Randai dipelihara oleh perguruan silat di Pesisir Padang (Pariaman) yang mengajarkan Ulau Ambek. Ada yang mengakatakan kata randai berasal dari kata 'handai' yang berarti santai, pembicaraan yang penuh hangat dan obrolan yang intim. 

Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa Randai berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata Rayan-Li-dai, yang lekat dengan dai (pendakwah dari golongan Traikat Na'sabanndiyah)

Gerakan utama dalam seni pertunjukan ini adalah silek (silat) yang dipadukan dengan cerita, musik, dan nyanyian. Dianggap berasal dari perguruan silat sebab silek ini terdiri dari gerakan-gerakan dinamis dan indah yang dilakukan berulang. Dari gerakan itu bisa membentuk sebuah tarian.

Para pemain pertunjukan Randai mengenakan pakaian yang disebut dengan galembong. Galembong ini adalah celana hitam berukuran besar yang persis digunakan dalam silek. Celana ini mengeluarkan suara yang khas saat ditepuk.

Randai dipimpin oleh seorang ketua pemain yang disebut dengan panggoreh. Panggoreh juga memiliki tugas lain selain memandu jalannya permainan. 

Salah satunya, mengeluarkan teriakan khas dalam permainan Randai. Bunyi teriakan itu biasanya: hep! tah! tih! yang bertujuan untuk menentukan tempo cepat atau lambatnya gerakan seiring dengan dendang atau gurindam. 

Tujuannya agar Randai yang dimainkan terlihat seirama. Dalam satu grup Randai, biasanya terdapat satu orang panggoreh yang dipercaya oleh seluruh anggota tim, tetapi bisa digantikan oleh anggota tim yang lain apabila panggoreh sebelumnya kelelahan, karena satu cerita Randai saja dapat menghabiskan 1 hingga 5 jam bahkan lebih.

Cerita Randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang ada di tengah masyarakat atau cerita rakyat. Pemain Randai melantunkan cerita-cerita ini sambil bernyanyi. 

Pemeran utama akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang, atau lebih sesuai cerita yang dibawakan. 

Anggota-anggota lain akan melingkari para pemeran utama yang bertujuan untuk menyemarakkan cerita tersebut. Pemain ini biasa dikenal dengan sebutan janang. Adapun judul cerita yang biasa dimainkan dalam Randai seperti Sabai Nan Aluih, Anggun Nan Tungga, dan Cindua Mato.

Seni pertunjukan Randai memiliki nama-nama yang berbeda tergantung cerita yang dimainkan contohnya Randai Maalah Kapa Tujuah. Randai ini berasal dari Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota. Ceritanya diambil dari Kisah Anggun Nan Tungga Magek Si Jabang dengan tema pahlawanan. Untuk video pertunjukan, dapat mengakses link di bawah ini:


Randai ini dimainkan selama 4-5 jam dengan pemain laki-laki dan perempuan yang berjumlah kurang dari 15. Randai ini biasanya dipentaskan pada malam hari di lapangan luas, sebagai hiburan masyarakat dengan diiringi alat musik tradisional seperti talempong, pupuik batang padi, rebab, bansi dan saluang. Sedangkan lagu yang mengiringinya adalah Mudiak Arau, Banda Sapuluh, dan Palayaran.

Randai biasa dimainkan oleh anak-anak muda di Sumatera Barat saat ada acara adat atau acara penting seperti Idul Fitri. Namun, tidak sedikit juga masyarakat Sumatera Barat yang menggeluti dan melestarikan Randai untuk dikenalkan kepada masyarakat luar.

Perkembangan kesenian Randai tidak selalu berada di puncak, kesenian ini juga mengalami pasang-surut. Kesenian Randai mengalami kemunduran pada saat kependudukan Jepang (1942-1945) dan kembali meningkat setelah kemerdekaan. 

Tetapi sayangnya, kesenian Randai ini hampir tenggelam pada masa Orde Baru. Dan sekarang ini, menurut M. Dahrizal Katik Tuo, seorang ahli dan pelestari Randai, setidaknya ada 300 kesenian Randai di Sumatera Barat.

Semoga kesenian Randai ini terus dilestarikan agar kesenian tidak hilang oleh zaman. Agar anak muda zaman sekarang semakin mengenal tradisi lama dan  tidak menganggap kesenian Randai itu kuno dan ketinggalan zaman. Karena kesenian Randai ini banyak mengandung nilai-nilai kehidupan masyarakat Minangkabau yang bisa diterapkan di kehidupan masa kini.

Selesai.

10  Maret 2021,

Nadira Permatarayni Balga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun