Mohon tunggu...
Nadira KheysaAdiba
Nadira KheysaAdiba Mohon Tunggu... Perawat - Mahasiswa

Mahasiswa Keperawatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Senioritas yang Berujung Pembullyan pada Mahasiswa Kesehatan

29 Agustus 2024   08:42 Diperbarui: 29 Agustus 2024   09:10 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: freepik.com

Bullying yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa lebih kuat

terhadap seseorang yang lemah hanya untuk menyakiti yang bersifat fisik, verbal, atau psikologis.

Prilaku bullying dapat disebabkan oleh faktor internal, maupun faktor eksternal, seperti

rendahnya regulasi emosi. Selain itu prilaku bullying juga dapat disebabkan oleh faktor situsional

atau lingkungan dan faktor personal, seperti temperamen dan harga diri. Harga diri merupakan

evaluasi yang dibuat individu itu sendiri dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai

sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan beharga.

Budaya senioritas saat ini masih sering ditemui di Indonesia. Senioritas adalah cara melihat

status atau tingkatan dari faktor usia, kegiatan ini menjadi turun temurun sampai generasi

sekarang. Senioritas, dalam konteks kampus, memiliki akar yang kuat dalam tradisi pengalaman

berbagi dan kepemimpinan. Sejarah senioritas di Indonesia dapat ditelusuri hingga masa kolonial,

ketika para pemimpin intelektual memandang pentingnya melibatkan mahasiswa dalam

perjuangan nasional. Tradisi ini terus berkembang seiring waktu, dan pada akhirnya menjadi

bagian tak terpisahkan dari budaya kampus di seluruh Indonesia. Senioritas bukan hanya tentang

membangun hierarki, tetapi lebih tentang memberikan arahan, nasihat, dan pengalaman kepada

junior-junior yang baru masuk. Tetapi akhir-akhir ini begitu banyak kasus yang berhubungan

dengan senioritas yang berujung pembullyan, karena itu bagitu banyak dampak dari senioritas ini,

baik dampak positif maupun dampak negatifnya.

Di dunia kampus sendiri senior biasanya memiliki berbagai macam tipe dan perilaku yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya, nah hal ini menimbulkan pengaruh dan dampak yang

berbeda, khususnya kepada junior. Begitu pula dalam berperilaku senioritas, tentu menimbulkan

dampak yang beragam, baik itu positif maupun negatif. Untuk itu senioritas memiliki dampak

positif karena dengan adanya senioritas menjadikan senior memiliki tanggung jawab untuk

membantu dalam urusan kampus dan mendidik junior agar menghormati yang lebih tua dan tidak

melanggar peraturan di tempat barunya. Senioritas juga memberikan kewajiban bagi senior untuk

memberikan masukan-masukan dan saran sesuai dengan pengalaman yang telah dilalui sebagai

senior. Senioritas itu sendiri sebenarnya untuk mendisplinkan para junior yang kurang disiplin,

memberikan masukan kepada junior atas pengalaman apa yang sudah pernah ia alami, dan lebih

menghormati dan sopan kepada yang lebih tua. Dampak negatifnya yaitu membuat para junior

merasa takut dan senior terkadang merasa dirinya lebih berkuasa atas juniornya untuk

kepentingannya ataupun kelompoknya.

Adanya senioritas memunculkan penyalahgunaan senioritas yaitu pemanfaatan status senior

secara berlebihan dan memunculkan perilaku yang tidak wajar dan semena-mena dari senior

yang mungkin saja melanggar HAM. Kemudian senioritas menimbulkan rasa takut junior akibat

adanya senioritas yang tidak sehat. Akhir-akhir ini banyak kasus senioritas yang berujung

pembullyan, salah satunya kasus mahasiswi PPDS Undip dr. Aulia Risma Lestari yang diduga

bunuh diri akibat mengalami perundungan (pembullyan). Setelah viralnya kasus tersebut begitu

banyak orang kesehatan seperti dokter, perawat, dan lainnya yang mulai speak up pengalaman

mereka terhadap kasus tersebut. Ada yang berpendapat bahwa senioritas untuk anak kesehatan

ini terlalu berlebihan yang berujung melanggar HAM, pendapat tersebut banyak disetujui karena

merasakan hal yang serupa. Ada juga yang mengatakan seniornya sendiri menyuruh melakukan

aturan aturan yang melanggar norma-norma, pernyataan tersebut membuat orang-orang merasa

aneh akan aturan yang dibuat tersebut "1. Senior selalu benar." "2. jika senior salah kembali

kepasal 1." chat yang sudah tersebar tersebut membuat orang-orang ikut berkomentar.

Semua itu sebagian kecil dari peristiwa penyalahgunaan senioritas yang berujung

pembullyan, memang tidak semuanya seperti itu tapi akhir-akhir ini lagi memanasnya kasus

tersebut yang membuat warga marah sekali. Ada juga yang bependapat Senioritas ini dibangun

untuk membangun mental saat kita terjun kedunia kerja, menurut saya memang benar adanya

tetapi, apakah masi bisa dibenarkan pada kasus dr. Aulia Risma Lestari? pasti begitu banyak

rahasia yang terkubur terhadap senioritas kesehatan ini. Senioritas banyak disalahgunakan untuk

kepentingan dirinya sendiri seperti disuruh membayar cicilan seniornya dan lain lainnya, hal

tersebut tidak bisa selalu dibenarkan, jangan selalu berlindung dikata membangun mental. Ada

juga yang Speak Up bahwa jika tidak menurut akan mempengaruhi masa kuliahnya, "jadi mau

tidak mau harus dituruti". Dari kasus yang sedang memanas ini apakah harus segera diselidiki?,

jangan membuat hal tersebut menjadi normal untuk generasi selanjutnya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Senioritas di Indonesia ini memang sudah

jadi turun temurun sampai generasi sekarang. Memang banyak dampak positifnya dari senioritas

tersebut, tetapi juga ada dampak negatifnya dari orang orang yang tidak bertanggung jawab akan

posisinya yang sudah dia tempatkan. Memang betul senioritas untuk membangun mental kita

kedunia kerja, apa lagi untuk profesi kesehatan ini karena akan berkerja untuk masyarakat, maka

pentingnya membangun mental semasa kuliahnya. Tetapi untuk penyalahgunaan senioritas yang

sudah dijelaskan tersebut saya tidak menyetujuinya, karena sudah menyangkut mental seseorang

yang berujung bunuh diri. Dapat saya sarankan buanglah keras kepala dengan pemahaman lama,

lebih baik ubah perilaku senioritas yang sudah melanggar HAM. Jangan berpikiran kalau sudah

merasakan hal sebut bawahan atau junior kita selanjutnya harus merasakan hal serupa. Lebih

baik menjadi senior yang mendidik, mengedukasi tanpa ada lagi yang melanggar HAM untuk

adek adek selanjutnya, yang akan menjadi penerus generasi kita kedepannya.

Penulis:

Audita Novlendra

Keperawatan tk.1A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun