Mohon tunggu...
Nadila Tahta Fidari
Nadila Tahta Fidari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kedokteran Gigi - Universitas Airlangga

Hai semua! Salam kenal saya Tata, dan hobi saya mengerjakan tugas dari dosen. Terimakasih😊🙏

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pentingnya Mengontrol Konsumsi Gula Sejak Dini

13 Juni 2022   22:22 Diperbarui: 15 Juni 2022   22:33 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kebiasaan makan yang terbentuk pada usia sekolah serta jenis makanan yang disukai atau tidak disukai merupakan dasar bagi pola konsumsi makanan dan asupan gizi anak pada usia selanjutnya (Nugroho, 2021). Jika melihat disekitar kita, dapat kita ketahui bahwa hampir semua orang khususnya anak anak sangat menyukai makanan atau minuman yang manis. Padahal, makanan atau minuman yang manis yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan banyak dampak negatif bagi orang yang mengonsumsi. Sebagai orang tua khususnya, kita harus dapat membatasi konsumsi gula untuk anak sejak dini karena hal tersebut akan berdampak pada kebiasaan anak pada usia selanjutnya. 

Dimuat dalam jurnal Circulation, American Heart Association (AHA) merekomendasikan anak-anak (2-18 tahun) tidak boleh mengonsumsi lebih dari 6 sendok teh gula tambahan per hari, tidak boleh minum lebih dari satu minuman manis 240 mililiter per minggu, dan anak dibawah 2 tahun harus menghindari konsumsi gula tambahan. Orangtua juga harus memperhatikan label makanan untuk gula tambahan. 

Mengapa harus mengontrol konsumsi gula sejak dini?

Karena mengontrol konsumsi gula sejak dini dapat membentuk kebiasaan anak untuk tidak selalu mengonsumsi gula setiap hari. Dapat kita ketahui bahwa salahsatu fungsi gula adalah sebagai sumber energi. Terlihat menyehatkan, tetapi jika mengonsumsi gula per hari dapat mengakibatkan tubuh kita terkena berbagai gangguan kesehatan, antara lain yaitu :

1. Karies Gigi

Karies gigi atau gigi berlubang disebabkan oleh adanya bakteri yang hidup dalam mulut yang menggerogoti sisa karbohidrat pada gigi. Gula merupakan karbohidrat yang dapat diubah oleh bakteri menjadi asam yang akan membentuk plak dan menjadikan gigi berlubang. Jika tidak segera diatasi, hal ini menyebabkan lubang akan melebar dan bakteri akan menggerogoti bagian tengah hingga dalam pada gigi yang berisi pembuluh darah dan saraf. Jika terjadi pada anak, hal itu menyakitkan karena jika sudah mencapai saraf, anak akan merasakan nyeri yang luar biasa dan gigi menjadi sensitif sehingga membuat anak tidak nafsu makan.

2. Diabetes Melitus (Diabetes Tipe 2)

Insulin merupakan hormon yang dihasilkan pankreas untuk mengontrol gula darah dan merangsang sel untuk menyerap glukosa menjadi sumber energi. Diabetes melitus terjadi apabila mengonsumsi glukosa terlalu banyak, dan menyebabkan pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang setara untuk menyerap glukosa. Hal ini disebut juga resistensi insulin. Sehingga akan didapati gula darah tinggi (hiperglikemia). 

3. Obesitas

Mengonsumsi makanan tinggi gula akan mengakibatkan penurunan produksi hormon leptin yaitu hormon pengatur rasa lapar. Sehingga orang yang mengonsumsi gula berlebih akan sering merasakan lapar dan akan membuat makan berlebihan dan dapat mengakibatkan obesitas. Hal ini akan berisiko terhadap kejadian penyakit degeneratif seperti hipertensi, hiperkolesterol, stroke, dan jantung koroner (Steiner, et al., 2012)

4. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Mengonsumsi gula dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan penyakit obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi yang merupakan faktor risiko penyakit jantung. Dalam hal ini peranan serta kemampuan jantung dalam memompa darah ke semua badan bisa terhalang saat mengonsumsi gula yang berlebih. 

Melihat akibat yang ditimbulkan karena mengonsumsi gula berlebih seperti diatas,  ini memang benar - benar harus menjadi perhatian orangtua untuk mengontrol konsumsi gula pada anak sejak dini agar terhindar dari berbagai penyakit yang mengintai. Perlunya edukasi terhadap sang anak agar mengetahui dan menerapkannya kedalam keseharian mereka. Hal ini sangat penting sebab sama saja menyelamatkan mereka dari berbagai penyakit. 

Terdapat cara terbaik untuk menghindari gula tambahan dalam makanan anak yaitu dengan menyajikan dan membiasakan anak makan makanan yang bernutrisi tinggi, seperti buah-buahan, susu rendah lemak, sayuran, ayam, ikan, serta membatasi konsumsi makanan yang nilai gizinya sedikit dan menerapkan perilaku hidup sehat. Salam hidup sehat!

Daftar Pustaka :

Nugroho K.P.A., Mangalik G., Rembet T.G. (2021).Gambaran Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (Minyak) pada Anak Sekolah.Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.10(4):230-237

Ramayanti S., Purnakarya I.(2013).Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies Gigi.Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 7, No. 2

Nisak A J., Mahmudiono T.(2017).Pola Konsumsi Makanan Jajanan di Sekolah Dapat Meningkatkan Resiko Overweight / Obesitas pada Anak.Jurnal Berkala Epidemiologi.5(3):311-324

Marine D., Adiningsih S.(2015). Perbedaan Pola Konsumsi dan Status Gizi Antara Remaja dengan Orang Tua Diabetes Melitus (DM) dan Non DM.Media Gizi Indonesia.10(2):179-183

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun