Kebiasaan makan yang terbentuk pada usia sekolah serta jenis makanan yang disukai atau tidak disukai merupakan dasar bagi pola konsumsi makanan dan asupan gizi anak pada usia selanjutnya (Nugroho, 2021). Jika melihat disekitar kita, dapat kita ketahui bahwa hampir semua orang khususnya anak anak sangat menyukai makanan atau minuman yang manis. Padahal, makanan atau minuman yang manis yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan banyak dampak negatif bagi orang yang mengonsumsi. Sebagai orang tua khususnya, kita harus dapat membatasi konsumsi gula untuk anak sejak dini karena hal tersebut akan berdampak pada kebiasaan anak pada usia selanjutnya.
Dimuat dalam jurnal Circulation, American Heart Association (AHA) merekomendasikan anak-anak (2-18 tahun) tidak boleh mengonsumsi lebih dari 6 sendok teh gula tambahan per hari, tidak boleh minum lebih dari satu minuman manis 240 mililiter per minggu, dan anak dibawah 2 tahun harus menghindari konsumsi gula tambahan. Orangtua juga harus memperhatikan label makanan untuk gula tambahan.
Mengapa harus mengontrol konsumsi gula sejak dini?
Karena mengontrol konsumsi gula sejak dini dapat membentuk kebiasaan anak untuk tidak selalu mengonsumsi gula setiap hari. Dapat kita ketahui bahwa salahsatu fungsi gula adalah sebagai sumber energi. Terlihat menyehatkan, tetapi jika mengonsumsi gula per hari dapat mengakibatkan tubuh kita terkena berbagai gangguan kesehatan, antara lain yaitu :
1. Karies Gigi
Karies gigi atau gigi berlubang disebabkan oleh adanya bakteri yang hidup dalam mulut yang menggerogoti sisa karbohidrat pada gigi. Gula merupakan karbohidrat yang dapat diubah oleh bakteri menjadi asam yang akan membentuk plak dan menjadikan gigi berlubang. Jika tidak segera diatasi, hal ini menyebabkan lubang akan melebar dan bakteri akan menggerogoti bagian tengah hingga dalam pada gigi yang berisi pembuluh darah dan saraf. Jika terjadi pada anak, hal itu menyakitkan karena jika sudah mencapai saraf, anak akan merasakan nyeri yang luar biasa dan gigi menjadi sensitif sehingga membuat anak tidak nafsu makan.
2. Diabetes Melitus (Diabetes Tipe 2)
Insulin merupakan hormon yang dihasilkan pankreas untuk mengontrol gula darah dan merangsang sel untuk menyerap glukosa menjadi sumber energi. Diabetes melitus terjadi apabila mengonsumsi glukosa terlalu banyak, dan menyebabkan pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang setara untuk menyerap glukosa. Hal ini disebut juga resistensi insulin. Sehingga akan didapati gula darah tinggi (hiperglikemia).
3. Obesitas
Mengonsumsi makanan tinggi gula akan mengakibatkan penurunan produksi hormon leptin yaitu hormon pengatur rasa lapar. Sehingga orang yang mengonsumsi gula berlebih akan sering merasakan lapar dan akan membuat makan berlebihan dan dapat mengakibatkan obesitas. Hal ini akan berisiko terhadap kejadian penyakit degeneratif seperti hipertensi, hiperkolesterol, stroke, dan jantung koroner (Steiner, et al., 2012)
4. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung