Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa pandemi covid-19 masih belum juga usai sampai sekarang. Tingginya tingkat positif di berbagai negara terutama Indonesia mengakibatkan masyarakat harus benar-benar membatasi kegiatan beraktivitas di luar rumah.Â
Pemberlakuan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di Indonesia, di mana masyarakat harus beraktivitas di rumah dan tidak boleh keluar rumah kecuali untuk hal yang penting atau mendesak, mengakibatkan seluruh kegiatan dalam bermasyarakat terhenti. Tentunya hal ini akan memberikan dampak kerugian di berbagai bidang. Terutama perekonomian suatu daerah.
Pandemi covid-19 di Indonesia di bidang ekonomi bukan hanya berdampak pada sektor manufaktur saja, tetapi juga berdampak pada sektor Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah atau yang kerap kita kenal dengan sebutan UMKM. Salah satu upaya pemerintah dimasa pandemi untuk memulihkan ekonomi nasional adalah mendorong sektor UMKM. UMKM memiliki peran yang sangat penting terhadap perekonomian nasional karena melibatkan banyak tenaga kerja secara langsung.
Dalam kondisi pandemi seperti saat ini, UMKM sangat memerlukan perhatian dari pemerintah karena dapat menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja, mensubstitusi barang konsumsi atau setengah jadi. Selain itu, adanya UMKM dapat memulihkan pertumbuhan ekonomi. Jika dilakukan dengan baik dan bersungguh-sungguh, maka UMKM ini nantinya dapat menaikkan lagi pertumbuhan ekonomi menjadi positif.
Salah satu UMKM yang masih berkembang saat pandemi yaitu Amalia Brownis, UMKM dari Nganjuk yang menjual brownis, kue tar, donat dan kue basah lainnya. Usaha ini dirintis oleh Alfina Amalia Husna, seorang ibu rumah tangga anak satu yang memiliki kreativitas dan kecintaan di bidang kuliner, khususnya kue brownis.Â
Meskipun sudah berkeluarga, tidak menghalangi tekad beliau untuk menuangkan ide, resep, dan kreativitasnya dalam memasak untuk membuka usaha kecil-kecilan.Kreativitas dalam memasak memang selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang. Beberapa keunikan dalam penyajian makanan juga akan membuat orang semakin tertarik pada produk yang dibuat.Â
Di Amalia Brownis ini, adanya lelehan coklat ganache, yaitu campuran susu dan coklat batang, membuat rasa coklat dalam kue brownis semakin terasa yang mana masih banyak orang yang belum memakai ide resep ini. Selain itu, kecakapan, kekreatifan, dan kelihaian dalam menghias kue tar juga semakin membuat produk ini menarik. Â
Karena pemesanan kue ini dilakukan beberapa hari sebelum digunakan, maka pelanggan bisa request apa pun bentuk dan hiasan untuk kue. Terkadang pelanggan juga meminta hiasan tokoh kartun, game, bahkan idol K-Pop. Tentunya hal ini semakin menuntut mbak Alfina, selaku pemilik usaha untuk lebih kreatif agar pelanggan puas terhadap produk yang dijualnya.Â
Selain itu agar pelanggan tidak jenuh, beliau menjual produknya secara bergantian, seperti pada hari ini ia menjual brownis, maka besoknya ia akan menjual donat, kemudian lusa kue basah, selalu bergantian setiap harinya.
Awalnya, usaha  mbak Amalia Brownis ini terbentuk dari keikutsertaannya dalam program kartu prakerja. Setelah diumumkan lolos, mbak Alfina mengikuti pelatihan dua kali dengan memilih bidang memasak. Adanya insentif dari pemerintah sebesar Rp 600.000 selama empat bulan akhirnya mencetuskan ide beliau untuk membuat usaha agar uang tersebut dapat digunakan dengan baik dan dapat berkembang menjadi banyak. Dengan kegigihan dan usahanya, Amalia Brownis terus bertahan di tengah sulitnya memiliki usaha pada pandemi saat ini. Â
Setiap usaha pasti memiliki kendala masing-masing. Hal ini tentu saja juga dialami oleh Amalia Brownis ini. Karena dalam pembuatan produk kue hanya dilakukan dan dibuat oleh beliau sendiri, maka jumlah kue yang dihasilkan pun juga tidak terlalu banyak. Pemasaran yang dilakukan lewat media sosial Facebook, WhatsApp, dan Instagram pun juga belum terlalu luas karena tidak adanya karyawan lainnya serta keterbatasan waktu antara keluarga dan usaha beliau.Â