Mohon tunggu...
allya putri
allya putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Informatics

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menghadapi Ancaman Serangan CSRF

14 Desember 2023   20:21 Diperbarui: 14 Desember 2023   20:43 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pikwizard.com/

Dalam dunia digital yang semakin canggih, aplikasi web menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam membantu kita belanja, komunikasi, dan main game dengan mudah dan efisien. Namun, keamanan aplikasi web menjadi perhatian besar, terutama karena banyaknya serangan cyber yang semakin pintar. Salah satunya adalah Cross-Site Request Forgery (CSRF), yang memanfaatkan kelemahan otentikasi aplikasi web, serangan ini bisa mengakibatkan pencurian data dan layanan terganggu.


Artikel ini membahas bagaimana serangan CSRF dapat memanfaatkan kerentanan pada mekanisme otentikasi, khususnya pada halaman login. Pemahaman mendalam tentang cara serangan ini dapat dieksekusi dan dampaknya penting untuk melindungi keamanan dan integritas informasi pengguna. Solusi konkret juga diajukan untuk mengurangi risiko serangan CSRF pada halaman login aplikasi web.


1. Pengertian CSRF


Cross-Site Request Forgery (CSRF) adalah serangan keamanan pada aplikasi web di mana penyerang memaksa pengguna yang sudah terotentikasi secara tidak sah untuk melakukan tindakan tertentu di dalam aplikasi. Dalam serangan ini, penyerang memanfaatkan kelemahan dalam mekanisme otentikasi aplikasi web untuk menyebabkan pengguna melakukan tindakan tanpa pengetahuan atau persetujuan mereka.


Secara khusus, serangan CSRF melibatkan penyerangan melalui mekanisme otentikasi yang biasanya digunakan dalam bentuk token otentikasi. Penyerang mencoba membuat pengguna yang sudah terotentikasi melakukan tindakan seperti mengubah kata sandi, melakukan transaksi keuangan, atau mengirim data sensitif lainnya ke server tanpa sepengetahuan atau persetujuan pengguna yang bersangkutan.


2. Jenis - jenis serangan CSRF


a. Stored
Jenis Cross Site Request Forgery yang pertama adalah stored. Jenis ini menggunakan aplikasi website sebagai media untuk mendistribusikan exploit URL tersebut. Serangan stored kemungkinan besar berhasil karena ketika di dalam situs, pengguna dalam posisi login dan tergolong authentic user.


Sehingga ketika mengirim permintaan, situs akan mengira jika itu memang request asli dari pengguna, padahal kamu hanya tidak sengaja mengklik URL-nya dan tidak tahu juga jika itu adalah sebuah exploit URL.


b. Reflected
Jenis CSRF selanjutnya adalah reflected, jika pada jenis sebelumnya menggunakan media website sebagai distribusi, maka berbeda dengan jenis reflected yang menggunakan sistem di luar situs, misalnya seperti lewat email, kolom komentar pada postingan blog, message board, dan masih banyak yang lain.


Karena dilakukan di luar website, maka kemungkinan kegagalan serangan ini lebih besar. Sebab, kemungkinan besar pengguna tidak sedang dalam sistem website target saat itu. Bagi pelaku, jenis reflected dianggap lebih aman karena jejaknya dapat dihapus segera dan sulit untuk dilacak.


3. Cara Kerja CSRF pada halaman Login


Dalam konteks studi kasus ini, kami menggambarkan serangan siber yang melibatkan pengetahuan seorang penyerang terhadap data pengguna dengan tujuan mengakses akun secara tidak sah.


a. Pemilihan Platform Penengah
Dalam upaya untuk menghindari deteksi, penyerang memutuskan untuk menggunakan pendekatan yang canggih, yaitu login ke akun target melalui website reqbin.com. Langkah ini diambil dengan pertimbangan cermat, karena penyerang menyadari pentingnya tidak
meninggalkan jejak pada halaman website asli.


Reqbin.com, sebuah platform yang umumnya digunakan untuk menguji permintaan HTTP, dipilih sebagai alat perantara untuk melaksanakan serangan. Keputusan ini didasarkan pada kemampuan reqbin.com untuk menyediakan layanan tanpa menyimpan log atau jejak permanen, menciptakan layer anonimitas yang melindungi identitas penyerang. Dengan memilih jalur ini, penyerang berupaya mengurangi kemungkinan deteksi oleh sistem keamanan yang dapat mengidentifikasi dan melacak aktivitas mencurigakan.


Penggunaan reqbin.com dalam konteks ini menggambarkan peningkatan tingkat kecerdasan dan ketrampilan penyerang siber modern dalam mengatasi langkah-langkah keamanan konvensional. Studi kasus ini menyiratkan urgensi untuk terus mengembangkan dan memperbarui strategi keamanan siber agar dapat melawan serangan semacam ini. Kesadaran akan risiko yang terkait dengan penggunaan sumber daya eksternal seperti reqbin.com memberikan pandangan lebih dalam tentang upaya penyerang untuk memanfaatkan teknologi dan layanan online guna mencapai tujuan mereka tanpa meninggalkan jejak yang dapat
dihubungkan kembali kepada mereka.


b. Manipulasi atau Penyembunyian Kode Berbahaya
Penyerang menyematkan skrip jahat atau melakukan manipulasi di situs web palsu atau melalui saluran yang dapat menyampaikan kode berbahaya ke pengguna yang menjadi target.


c. Pemicu Permintaan CSRF

Saat pengguna yang terkena skrip jahat mengunjungi situs web palsu atau terpapar dengan kode berbahaya, skrip tersebut secara otomatis memicu permintaan HTTP ke halaman login situs target (contoh: situs bank atau platform yang memerlukan otentikasi).


d. Pengguna Terkena Serangan Tanpa Seijin
Permintaan yang dihasilkan oleh skrip jahat menyertakan informasi otentikasi yang valid, seperti token sesi atau kredensial pengguna yang terkena. Ini dapat memungkinkan penyerang untuk login ke akun target tanpa persetujuan pengguna.


e. Aksi Tidak Diinginkan Dilakukan
Dengan berhasilnya serangan CSRF, penyerang dapat melakukan aksi tidak diinginkan di akun pengguna yang terkena, seperti mengubah kata sandi, melakukan transaksi, atau tindakan lainnya, tanpa pengetahuan atau persetujuan pengguna.


4. Dampak Buruk Serangan CSRF


a. Pencurian Data Pengguna
Dengan suksesnya serangan CSRF, penyerang dapat memaksa pengguna yang sudah login untuk melakukan tindakan tertentu tanpa sepengetahuan mereka. Ini dapat mencakup pencurian data pribadi, seperti informasi akun, alamat email, atau informasi kartu kredit.


b. Manipulasi Data atau Aksi Finansial Tidak Diinginkan

Penyerang dapat menggunakan serangan CSRF untuk mengubah data pengguna atau melakukan tindakan finansial yang tidak diinginkan atas nama pengguna yang sah. Contoh termasuk mengubah kata sandi, mengganti alamat pengiriman, atau bahkan melakukan transaksi keuangan tanpa izin.


c. Kehilangan Kepercayaan Pengguna

Serangan CSRF yang berhasil dapat merusak kepercayaan pengguna terhadap keamanan suatu platform atau situs web. Jika pengguna merasa tidak aman dan privasi mereka terancam, mereka mungkin akan kehilangan kepercayaan dan meninggalkan penggunaan situs atau aplikasi tersebut.


d. Kerugian Finansial

Serangan CSRF dapat memiliki dampak finansial yang serius. Jika penyerang berhasil melakukan transaksi finansial tanpa izin pengguna, hal ini dapat menyebabkan kerugian finansial baik bagi pengguna maupun penyedia layanan.


e. Gangguan Layanan
Dalam beberapa kasus, serangan CSRF dapat menyebabkan gangguan layanan yang signifikan. Jika penyerang memanfaatkan serangan untuk mengakses atau mengubah data kritis, hal ini dapat mengganggu operasional situs web atau aplikasi.


Selain itu, perlu dicatat bahwa terkenanya serangan Cross-Site Request Forgery (CSRF) dapat memiliki dampak buruk yang signifikan pada keamanan dan integritas data pengguna. CSRF dapat memungkinkan penyerang untuk memanipulasi atau melakukan tindakan yang tidak diinginkan atas nama pengguna yang sah, tanpa pengetahuan atau persetujuan mereka.


5. Langkah Perlindungan terhadap Serangan CSRF


Untuk meningkatkan tingkat keamanan dan mencegah serangan semacam itu, langkah-langkah perlindungan proaktif perlu diterapkan pada halaman website asli. Salah satu metode yang efektif adalah dengan menggunakan CSRF (Cross-Site Request Forgery) token. Dalam konteks ini, implementasi CSRF token dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP.


Dengan menerapkan CSRF token, website dapat membuat token unik untuk setiap sesi atau permintaan login. Token ini akan disematkan ke dalam formulir login atau permintaan HTTP, dan akan diverifikasi oleh server saat permintaan diajukan. Dengan cara ini, bahkan jika penyerang memiliki akses ke data pengguna, upaya login melalui website pihak ketiga seperti reqbin.com akan gagal karena kurangnya CSRF token yang valid.


Proses pembuatan dan verifikasi CSRF token pada halaman website asli menciptakan lapisan keamanan tambahan, memastikan bahwa setiap permintaan yang masuk harus memiliki token yang sesuai dengan sesi yang aktif. Langkah ini menghambat upaya penyerang untuk menggunakan website pihak ketiga sebagai perantara untuk login, karena token tersebut hanya dikeluarkan oleh website yang sah.

Dengan mengimplementasikan strategi keamanan seperti ini, pemilik website dapat meminimalkan risiko serangan siber, melindungi integritas data pengguna, dan menjaga kepercayaan pengguna terhadap keamanan platform. Kesadaran dan penerapan tindakan keamanan proaktif seperti CSRF token adalah langkah penting dalam upaya menjaga keamanan digital di era yang semakin kompleks ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun