Mohon tunggu...
Ratna Putri
Ratna Putri Mohon Tunggu... Relawan - Ratna Putri Nadika

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Benarkah Pola Asuh "Helicopter Parenting" Buruk bagi Anak?

24 September 2019   22:38 Diperbarui: 26 September 2019   12:14 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini ada konotasi negatif tentang helicopter parenting. Metode ini sering dianggap terlalu mengurusi dan mengawasi anak dan berdampak anak sulit untuk mandiri ketika beranjak dewasa.

Orangtua helikopter adalah julukan yang digunakan oleh para remaja untuk menjelaskan perilaku orangtua mereka yang selalu mengawasi segala tindak-tanduk mereka. 

Cara mendidik anak dengan model helicopter parenting menuju pada gaya pengasuhan orangtua yang terlalu fokus ke anak dan orangtua yang seperti ini terlalu memegang tanggung jawab berlebihan kepada anak serta terlalu berlebihan terhadap keberhasilan maupun kegagalan anak. 

Menurut Ann Dunnewold, Ph. D., seorang psikolog dan penulis buku menyebutnya overparenting. Artinya orangtua terlalu terlibat di dalam kehidupan anak dan terlalu mengontrol anak hingga melebihi batas pengasuhan. 

Model pengasuhan sepeti ini mulai bermunculan pada ora generasi saat ini. 

Pada generasi sebelum-sebelumnya orangtua cenderung "membebaskan" anak. Namun orangtua di zaman sekarang juga lebih aktif, contohnya adalah orangtua membangunkan anaknya ketika akan berngkat sekolah/ kuliah.

Memang ketika berbicara pola asuh orangtua, tidak ada hak untuk memberi tahu ibu apa yang terbaik. cukup lakukan yang terbaik menurut ibu dan meminta bantuan bila ibu membutuhkannya. 

Cara mendidik model helicopter parenting bisa terjadi karena berbagai alasan, berikut beberapa alasannya: 

1. Merasa Cemas 

Rasa cemas di sini meliputi banyak aspek, bisa kecemasan ekonomi, pekerjaan dan aspek-aspek lain yang bisa mendorong orangtua untuk mengambil kontrol terhadap kehidupan anak dengan niat untuk melindunginya. Kecemasan bisa memastikan anak terhindar dari rasa kecewa. 

2. Kompensasi Berlebihan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun