Mohon tunggu...
Alena Diva Putri Mustafa
Alena Diva Putri Mustafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

menonton film/series menjadi kewajiban di setiap harinya, dengan membaca buku sebagai hiburan, dan mendengarkan lagu untuk mencari ketenangan xx.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mulia dan Hina, Ketidaksetaraan Masyarakat dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer

26 November 2024   13:30 Diperbarui: 26 November 2024   13:40 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia justru baru merasakan kemiskinan tersebut setelah kedatangannya di kota. Padahal, kekayaan tidak sepenuhnya mencerminkan mulianya seseorang, seperti Agus yang mencuri uang milik Gadis Pantai. Keberanian untuk mencuri malah datang dari kalangan Agus yang mana hidupnya jelas lebih baik daripada orang rendahan.

 Atas kejadian tersebut, Bujangan/mBok ingin memperjuangkan keadilan atas kekuasaan dengan mengadukannya kepada Bendoro. 

Meskipun, sebagai gantinya ia harus di keluarkan dari rumah itu. Hal itu kembali menunjukkan adanya ketidakadilan antara si miskin dan si kaya, walaupun Agus juga dikeluarkan, tetapi dengan berbekal keberanian untuk memperjuangkan kejujuran, tak seharusnya Bujangan/mBok turut diusir. Selain itu, ada pun perjuangan orang rendahan untuk melawan Bendoro Putri dan para pengawalnya. 

Setelah kehadiran Mardinah---kerabat Bendoro---untuk menjemput Gadis Pantai kembali ke rumah Bendoro, warga Kampung Nelayan mencium adanya sesuatu yang salah sehingga mereka melakukan rencana untuk menghabisi keempat pengawal dan melakukan ancaman dan balas dendam terhadap Mardinah. 

Perlawanan tersebut telah mengubah nasib Mardinah yang semula biasa dengan kekayaan berada di sekelilingnya dan tidak mengharuskannya untuk bekerja, menjadi memiliki kehidupan orang rendahan dengan pekerjaan sebagai istri nelayan yang telah menantinya.

Isi novel secara keseluruhan menunjukkan pada pembaca adanya penggambaran jelas antara yang mulia dan yang hina. Semuanya serba berkebalikan dengan zaman sekarang yang menunjukkan terjadinya kesetimpangan pada hampir masyarakat secara keseluruhan. Novel ini menjadi contoh nyata dari kemirisan yang terjadi di dunia. Lalu, dari apa yang telah dibaca, apa yang akan kalian lakukan jika menjadi Gadis Pantai?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun