Ia justru baru merasakan kemiskinan tersebut setelah kedatangannya di kota. Padahal, kekayaan tidak sepenuhnya mencerminkan mulianya seseorang, seperti Agus yang mencuri uang milik Gadis Pantai. Keberanian untuk mencuri malah datang dari kalangan Agus yang mana hidupnya jelas lebih baik daripada orang rendahan.
 Atas kejadian tersebut, Bujangan/mBok ingin memperjuangkan keadilan atas kekuasaan dengan mengadukannya kepada Bendoro.Â
Meskipun, sebagai gantinya ia harus di keluarkan dari rumah itu. Hal itu kembali menunjukkan adanya ketidakadilan antara si miskin dan si kaya, walaupun Agus juga dikeluarkan, tetapi dengan berbekal keberanian untuk memperjuangkan kejujuran, tak seharusnya Bujangan/mBok turut diusir. Selain itu, ada pun perjuangan orang rendahan untuk melawan Bendoro Putri dan para pengawalnya.Â
Setelah kehadiran Mardinah---kerabat Bendoro---untuk menjemput Gadis Pantai kembali ke rumah Bendoro, warga Kampung Nelayan mencium adanya sesuatu yang salah sehingga mereka melakukan rencana untuk menghabisi keempat pengawal dan melakukan ancaman dan balas dendam terhadap Mardinah.Â
Perlawanan tersebut telah mengubah nasib Mardinah yang semula biasa dengan kekayaan berada di sekelilingnya dan tidak mengharuskannya untuk bekerja, menjadi memiliki kehidupan orang rendahan dengan pekerjaan sebagai istri nelayan yang telah menantinya.
Isi novel secara keseluruhan menunjukkan pada pembaca adanya penggambaran jelas antara yang mulia dan yang hina. Semuanya serba berkebalikan dengan zaman sekarang yang menunjukkan terjadinya kesetimpangan pada hampir masyarakat secara keseluruhan. Novel ini menjadi contoh nyata dari kemirisan yang terjadi di dunia. Lalu, dari apa yang telah dibaca, apa yang akan kalian lakukan jika menjadi Gadis Pantai?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H