Mohon tunggu...
Nadiviansyah Putra
Nadiviansyah Putra Mohon Tunggu... Politisi - Mahasiswa

Mahasiswa yang saat ini sedang belajar untuk berpolitik agar Indonesia bisa menjadi negara maju

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keterlibatan Israel dalam Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi

21 Oktober 2024   18:00 Diperbarui: 21 Oktober 2024   18:03 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena Saudi merupakan "boneka" dari Amerika, maka tidak heran jika desakan masyarakat terutama aktivis hak asasi manusia terhadap Biden yang pada saat itu berjanji akan memberikan sanksi ke MBS setelah memenangkan Pemilu AS 2020 lalu diabaikan. Mantan Wakil Presiden pada masa pemerintahan Obama ini diyakini memberikan impunitas terhadap pangeran MBS. Hal ini diperkuat dengan putusan gugatan yang dilayangkan oleh mantan istrinya, Hatice Cengiz di Amerika setelah Washington memberikan putusan "kebal hukum" atas kasus pembunuhan ini (rmol.id).

Akan tetapi, setelah kurang lebih selama hampir 1 periode pemerintahan Biden-Harris, Kamala Harris yang saat ini menjabat sebagai wakil presiden akan maju sebagai calon presiden pada Pilpres AS 2024 yang dimana Kamala maju menggantikan Joe Biden yang mengundurkan diri dari pencalonan pada pertengahan tahun silam. Pangeran MBS, diyakini tak akan senang dengan kemenangan Kamala jika di pilpres nanti, karena khawatir kasus ini akan terbuka kembali setelah gugatan Washington memutuskan MbS kebal atas kasus ini (sindonews.com).  

Dalam opini yang disampaikan oleh Hameed Abu Al-Azeez di Middle East Monitor, implikasi dari penemuan tersebut bermacam-macam dan menunjukkan bahwa Amerika Serikat mengetahui operasi rahasia ini dan menggunakan informasi sensitif ini untuk memberikan tekanan lebih besar pada Arab Saudi agar menormalisasi hubungan dengan Israel. Strategi ini tidak hanya terbatas pada langkah-langkah diplomatik tetapi juga mencakup penarikan baterai pertahanan udara Patriot dari Arab Saudi, yang menunjukkan bahwa perlindungan militer AS bergantung pada kesiapan Arab Saudi untuk melakukan normalisasi hubungan dengan negara jajahan tersebut atau tidak. Bentuk pemerasan diplomatik ini menyoroti kompleksitas dan kekhawatiran etika dalam memfasilitasi transaksi besar (middleeastmonitor.com)

Sejauh ini, sudah ada kurang lebih 5 negara Arab yang memutuskan untuk membuka hubungan diplomatic dengan Israel meskipun negara-negara Arab tersebut tergabung ke dalam organisasi kerjasama Islam atau OKI yang ditujukan untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Mesir adalah negara Arab pertama yang melakukan pembukaan hubungan diplomatic dengan Israel pada tahun 1979 dengan dimediasi oleh Amerika Serikat yang pada saat itu dipimpin oleh Jimmy Carter. Yang kedua adalah Yordania yang membuka hubungan dengan Israel pada 1994 dan dimediasi oleh Bill Clinton, presiden AS ke-42 saat itu. Yang terbaru adalah UEA, Bahrain dan Maroko yang tergabung ke dalam perjanjian Abraham Accords oleh Donald Trump pada 2020 silam.

Ada pula perhitungan strategis tersembunyi AS. Fakta seputar keterlibatan Mossad dalam pembunuhan Khashoggi dan implikasinya terhadap hubungan Saudi-Turki menunjukkan adanya manuver geopolitik tingkat lain. Dengan mengisolasi para pembangkang Saudi yang bersekutu dengan Trkiye, Amerika Serikat tampaknya mendukung strategi  menekan Arab Saudi untuk bergerak menuju normalisasi hubungan, sementara membatasi pengaruh strategis Turki di Kerajaan Arab Saudi. Strategi ganda ini melayani kepentingan Amerika dan Israel,  memperkuat aliansi dan membatasi kekuatan strategis apa pun yang mungkin dimiliki Turki di Arab Saudi.

Sehingga, keterlibatan Israel dalam dan kepentingan Amerika pada kasus pembunuhan Jamal Khashoggi yang terjadi 6 tahun yang lalu memang diyakini pasti ada kepentingan dan benang merah dalam melakukan normalisasi hubungan Israel - Saudi. Hal ini diyakini agar Amerika dapat membujuk Arab Saudi untuk bisa melakukan normalisasi hubungan dengan Israel yang dimana Strategi tekanan Amerika Serikat, terkadang melalui latihan militer dan terkadang melalui eksploitasi informasi sensitif, mengungkapkan agenda yang lebih dalam dan lebih bersifat memaksa sehingga kerajaan tidak boleh ikut serta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun