Mohon tunggu...
Nadiviansyah Putra
Nadiviansyah Putra Mohon Tunggu... Politisi - Mahasiswa

Mahasiswa yang saat ini sedang belajar untuk berpolitik agar Indonesia bisa menjadi negara maju

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sandiaga Uno jadi Ketum PPP? Belajarlah dari Hary Tanoe

27 Oktober 2020   21:33 Diperbarui: 8 Desember 2020   11:30 2303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandiaga Uno bersama Hary Tanoe

 

Akhir-akhir ini, ada yang menarik dari partai berlambang ka’bah ini. Ya, beberapa DPC PPP sempat mengusulkan nama Sandiaga Uno menjadi ketua umum meskipun saat ini pengusaha berusia 51 tahun itu menjabat sebagai Wakil Ketua DPP Gerindra. Munculnya nama Sandi di bursa caketum PPP dibenarkan oleh Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PPP, Achmad Baidowi. Menurutnya, hal itu masih sebatas usulan di tingkat pengurus daerah.

Baidowi bilang memang AD/ART PPP mewajibkan caketum menjadi pengurus tingkat pusat atau daerah selama satu periode. Namun Baidowi mengatakan aturan itu sangat mungkin diubah dalam muktamar mendatang.

Berbagai isu pun menjadi penyebab munculnya nama Sandiaga Uno ini sebagai calon ketua umum PPP. Ada yg mengatakan bahwa ini adalah mesin politiknya beliau menuju 2024, ada juga yang mendasarkan bahwa PPP sudah tidak mempunyai tokoh yang kuat seiring merosotnya popularitas di partai ini.

Di tahun 2019 bisa menjadi tahun terakhir bagi PPP untuk menempatkan wakilnya di Senayan. Hasil pemilu 2019 menunjukkan bahwa PPP hanya meraup 4,52%. Ini berarti bahwa suara PPP hanya mentok di ambang batas saja. Jika nantinya threshold atau passing grade parlemen naik pada pemilu 2024 nanti, ada kemungkinan bahwa partai ini akan tereliminasi dari Senayan, sama halnya seperti Hanura pada 2019 lalu akibat konflik yang berkepanjangan. 

Isu Sandiaga dibajak dari Gerindra sendiri sudah mencuat sejak 2019, kala itu beberapa partai seperti PAN, PKS, Demokrat & PDIP menawarkan beliau untuk menjadi kadernya. Namun apa yang terjadi? Apakah Sandiaga menerimanya? Tentu saja tidak. Pria berdarah Gorontalo itu memutuskan untuk kembali ke Gerindra sejak kalah dalam pencalonan dirinya sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto, senior partainya.

Apa sih sebenaranya yang menyebabkan eksistensi PPP ini semakin meredup? Kita bisa lihat dari tahun 2014, ketika sang ketum, Suryadharma Ali menjadi tersangka kasus korupsi dana haji ketika beliau menjabat sebagai Menteri Agama. Disamping itu, SDA juga dinilai telah menabrak kesepakatan PPP, ketika itu SDA menghadiri kampanye Partai Gerindra tanpa seizin DPP. Namun pada akhirnya, partai berlambang ka’bah ini memutuskan mendukung Prabowo Subianto – Hatta Rajasa sebagai calon presiden & wakil presiden pada tahun 2014 silam.

Tidak sampai situ, PPP pun pecah menjadi dua kubu, yakni kubu Romahurmuziy & Djan Faridz. Namun akhirnya, PPP kubu Romy-lah yang dianggap sah oleh Menkumham. Beberapa tahun kemudian, menjelang pilpres 2019, luka lama kembali menerjang partai ka’bah ini. Sang ketua, Romy ditangkap KPK atas kasus suap di instansi Kementerian Agama. Sang nahkoda pun beralih dari Romy menuju Suharso Monoarfa.

Akan tetapi, akankah Sandiaga kembali menerima tawaran itu? Jelas saja tidak, mengapa? Karena yang namanya politik, itu tidak bisa hanya bermodalkan uang saja, tapi harus pengalaman yang cukup. Kita mencontohkan Hary Tanoe. Ya, siapa sih yang tidak kenal beliau? Kalau kita lihat mengapa Perindo tidak lolos ke parlemen pada pemilu 2019, itu bisa dibilang karena pengalaman politik HT yang kurang & cenderung kutu loncat.

Sebelum HT mendirikan Perindo, pengusaha kelahiran Surabaya ini sempat berlabuh & mendirikan Partai Nasdem pada tahun 2011 bersama Surya Paloh, akan tetapi ketika Surya Paloh mau mengambil posisi sebagai ketua umum partai, HT menolaknya dengan alasan bahwa sudah tidak ada waktu ketika pada saat itu akan menghadapi Pemilu 2014 sebagai pemilu pertamanya. HT keluar dan belabuh ke Hanura pada awal 2013.

Ketika sudah sampai di Hanura, secara tidak tanggung-tanggung, HT kemudian dicalonkan sebagai calon wakil presiden mendampingi sang pendiri, Wiranto. Berbagai kampanye dan propaganda WIN-HT terjadi di medianya, akan tetapi akankah mimpi itu menjadi kenyataan? Jelas tidak karena suara beliau di parlemen (hasil 2014) hanya sebatas 5,26% dan terjadilah konflik lagi disitu yang menyebabkan HT dipecat dari Hanura dan mendukung Prabowo-Hatta, rival dari Jokowi-JK pada saat itu.

Soal Sandiaga Uno yang mau maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 sendiri memang sudah tidak kaget lagi, beberapa analis berpendapat bahwa pencalonan dirinya sebagai cawapres di 2019 lalu adalah sebenarnya testing the water atau sekedar percobaan untuk menuju 2024.

Sandiaga Uno sendiri sudah mulai dikenal dalam dunia politik sejak 2017, ketika beliau memutuskan untuk mendampingi Anies Baswedan sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta pada Pilgub 2017 silam. Sandi Uno sendiri terpilih akhirnya meskipun hanya kurang lebih 11 bulan akibat pencalonan dirinya sebagai calon wakil presiden pada waktu itu.

Kekalahan Sandi Uno dalam Pilpres 2019 lalu membuat eksistensinya tak pernah meredup. Dalam sejumlah survei, elektabilitas Sandiaga masih bersaing dengan beberapa nama top, seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil.

Dalam survei Cyrus Network pada Januari 2020, Sandiaga punya elektabilitas 18,8 persen, hanya kalah dari Prabowo. Ia juga tercatat punya popularitas 27,3 persen. Angka itu menempatkan Sandi sebagai tokoh terpopuler.

Lalu dalam survei Indikator Politik pada September 2020, Sandi berada di posisi keempat dalam urusan elektabilitas. Ia tercatat punya elektabilitas 8,8 persen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun