Mohon tunggu...
Nadien Auliya Putri
Nadien Auliya Putri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswi

Hobi saya mendengar lagu, saya ambivert.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Recehan di Saku Celana

18 Maret 2024   11:01 Diperbarui: 18 Maret 2024   11:26 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku ingin membuang bungkus permen yang tadi dibeli oleh Rendi, namun saat itu aku tidak menemukan letak tempat sampah. Maka aku merogoh saku celana ku dan menaruh bungkusan tersebut, berniat akan ku buang nanti dirumah. Tak kusangka yang ku dapatkan adalah selembar kertas berwarna kuning yang terdapat gambar pahlawan 'Tuanku Imam Bondjol' dan bertuliskan 'lima ribu rupiah'.

Tanpa pikir panjang, aku menghampiri anak laki-laki yang tadi dilihat oleh Bima mumpung belum terlalu jauh.

"Hei, kamu lagi apa?" Tanyaku pelan, namun ia agak tersentak. Ia menoleh kearahku dan menjawab, "Emm.. Aku lagi nyari angkutan umum yang bisa bawa aku kesini," Anak itu menunjuk sebuah alamat yang tertulis di salah satu lembar kertas yang ia bawa.

"Eh, itu mah nggak terlalu jauh. Naik angkot 32 aja, paling goceng juga cukup," Ucap Rendi yang ternyata sudah ada dibelakangku bersama Bima.

"Oh gitu ya? Naik angkotnya darimana? Bisa nawar nggak, ya?" Tanya anak itu dengan wajah polos nya.

"Nanti kamu lurus aja ikutin jalan ini, sampe ketemu jalan raya. Terus tunggu sampe ada angkot 32 lewat. Kamu kesana mau ngapain? Ada ongkosnya, nggak?" Tanyaku penasaran dengan anak itu.

"Enggak ada, sih. Aku cuma punya seribu, duitnya udah aku pake buat beli telor satu butir, buat makan sama Ibu tadi. Aku kesana mau ikut seleksi ujian Matematika gratis," Jawab anak itu, dengan ekspresi bingung.

Aku terlihat bersemangat mendengarnya, "Oh iya? Wih, keren banget! Kamu sekolah dimana? Keliatannya kamu seumuran sama aku."

"Aku udah nggak sekolah dari kelas 4 SD, aku harus bantu Ibu mulung biar bisa makan, sekarang penyakit Ibu juga udah tambah parah. Kalo masih sekolah, aku emang seharusnya udah kelas 2 SMP," Jawabannya sukses membuat hatiku seketika mencelos.

"Tapi, walaupun aku udah nggak sekolah, aku masih belajar dari sisaan buku-buku lamaku, kok. Kadang kalo lagi mulung juga ketemu buku bekas atau lembar ujian bekas, kebetulan masih bagus jadi aku pake buat bahan belajar." Lanjut anak itu dengan senyuman tipis.

Aku memberikan selembar uang lima ribu rupiah yang sedari tadi berada di genggaman tanganku kepadanya sembari memperkenalkan diriku, "Ini aku ada sedikit pegangan buat kamu. Oh iya, nama kamu siapa? Nama aku Irzan, salam kenal ya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun