"Panas banget cuy hari ini, Warman yuk," Lanjut Bima bersemangat mengajak aku dan Rendi ke warung yang berada tepat dibelakang sekolah, dimiliki oleh wanita paruh baya yang kerap dipanggil 'Mba Iman'.
Tanpa berpikir panjang, aku dan Rendi mengiyakan ajakan Bima, karena memang tak bisa dipungkiri bahwa siang ini cuaca sangat panas, kalau kata Rendi "Mataharinya selusin ini mah."
Kami berjalan menuju gang dibelakang sekolah setelah melewati gerbang. Warung yang dimiliki Mba Iman pun sudah terlihat dari ujung gang, sepertinya tidak banyak pengunjung hari ini, "Mungkin karena panas banget jadi kebanyakan lebih pilih tidur dirumah," Pikirku dalam hati.
Sebagai siswa yang menduduki bangku kelas 2 SMP, kami bagai remaja yang sedang menginjak masa pubertas pada umumnya. Banyak hal yang membuat kami penasaran, bahkan hal kecil saja bisa membuat kami bertanya-tanya atau ingin mencoba, contohnya saat ini.
"Wah, baru liat nih es krim rasa semangka. Mau deh," Ujar ku sambil menutup lemari es setelah mengambil es krim yang ku mau dan segera membayarnya ke Mba Iman.
Rendi tak mau kalah, "Eh, ini juga baru nih. Permen sapi, mau coba ah, nanti bagi-bagi aja ya!" Ia mengambil permen berwarna beragam itu dari toples diatas etalase.
"Ah, gue es biasa aja, lah. Mba, mau es teh satu!" Bima berbicara dengan lantang ke Mba Iman yang dibatasi dengan etalase kaca, lalu duduk di kursi yang telah disediakan dan menghadap ke seberang warung.
"Eh, Jan, Ren, liat deh. Tuh anak ngeliatin ke arah kita mulu, giliran gue liatin balik malah buang muka." Panggilan Bima sukses membuat aku dan Rendi mengalihkan atensi kepada seorang anak laki-laki diseberang yang terlihat seumuran dengan kami.
Anak itu terlihat sangat kelelahan, raut wajahnya seperti sedang kalut dengan pikirannya. Ia membawa beberapa lembar ketas yang sepertinya berkas penting. Dengan pakaian yang terlihat cukup lusuh, memperhatikan kertas-kertas yang ia bawa sembari dibolak-balik.
"Ah, geer aja lo Bim!" Saut ku bermaksud bercanda membalas pernyataan Bima.
Selesai memberikan sekitar tiga ribu rupiah ke Mba Iman untuk membayar permen Rendi dan es Bima, kami langsung menyantap jajanan yang terlihat sangat nikmat, sembari berjalan meninggalkan warung tersebut.