“Daun”, tiba-tiba Gesang memasang wajah yang menantang penulis itu. Sinar tersenyum, lalu berkata,
“Daun pun sesungguhnya tak rela gugur meninggalkan ranting kecuali karena keadaan. Begitu pula aku”.
Suasana seperti itu terus berlanjut hingga sampai dikantor dan mereka hendak masuk ke ruangan masing-masing.
“terakhir deh Nar, cinta”, Gesang penuh harap Sinar akan mengucapkan kalimat tentangnya.
Namun Sinar hanya terdiam. Mengalihkan pandangan, sekeras apapun dia berpikir dia tak mampu merangkai kata-kata indah. Raut wajahnya berubah, dan dengan tatapan kosong menuju tempat duduknya kembali menatap layar monitor.
Masih dengan keadaan yang campur aduk Sinar membuka google crome kemudan mengetikan kata cinta. Lalu menitihkan air mata. Sebelum akhirnya kembali larut dalam pekerjaannya.
Waktu menunjukan pukul 15.00. Saatnya pulang. Gesang yang sudah lupa akan kejadian tadi, menghampiri Sinar seperti biaa untuk mengajak pulang bersama.
“Sinar, pulang yuk. Tapi aku mau ngajak kamu jalan dulu”, kalimat bernada halus menyentuh hati Sinar.
“perasaan apa ini. Apa yang terjadi denganku”, sinar justru bergejolak dalam hati. Kemudian menyetujui ajakan Gesang dan merekapun pergi ke sebuah taman.
“ngapain sih kita kesini?”, Sinar tak kuasa memendam pertanyaan yang sebenarnya sudah muncul sejak tadi.
“kamu masih utang sama aku. Cinta, ayo buatin kalimat romantis dari itu”, Gesang mengembangkan senyum dengan penu percaya diri jika Sinar akan memberinya kalimat manis.