*Cerita tentang Jail Schooling lebih lanjut dan lengkap akan saya bahas dalam artikel berikutnya.
APA HASILNYA?
Awalnya saya tidak berharap banyak dengan JS. Namun suatu hari kami pernah mengadakan lomba beberapa mata pelajaran yang diikuti beberapa sekolah di dalam lapas. Lomba dibuat adil, dimana siswa JS juga tidak mengetahui soal/problem yang diujikan. Hasilnya di luar dugaan, siswa JS mendapatkan juara 2 dari 4 sekolah. Bahkan untuk bidang Matematika, Vino (bukan nama sebenarnya), ABH siswa JS, mendapatkan skor tertinggi.
Vino berusia 15 tahun saat masuk lapas dan dia adalah seorang pemerkosa. Korbannya seorang remaja perempuan, berusia di bawah 18 tahun, diperkosa oleh beberapa pemuda, salah satunya Vino. Vino diganjar 2,5 tahun penjara. Saat masih di lapas, Vino mengatakan ia tidak pernah tahu sebelumnya bahwa ia ternyata memiliki kemampuan dan menyukai Matematika. Sebebas dari lapas, beberapa relawan membantunya agar bisa melanjutkan sekolah. Saat ini ia sudah menjadi seorang siswa salah satu SMK Negeri terbaik di Jember. Saya rasa tidak ada warga di sekolahnya yang tahu sejarah kelam Vino.
Lima puluh persen dari ABH "lulusan" JS, yang terkait kasus asusila, melanjutkan sekolah sebebas dari lapas. Mereka, si peleceh seksual dan si pemerkosa, saat ini berganti status menjadi pelajar. Mereka memakai seragam. Mereka belajar dan membuat PR. Mereka saat ini, masih sering bertemu dengan guru mereka, guru JS, untuk bercerita dan melepas rindu. Â Saya tidak mengatakan bahwa intervensi ini berhasil, bahwa perilaku mereka menjadi lebih baik. Saya hanya hendak berbagi bahwa setiap anak, walau dia pernah melakukan kesalahan keji sekalipun, tetap memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidup dan melanjutkan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H